happy reading 💐
.
.
.Suara adzan mulai berkumandang ke seluruh penjuru pondok pesantren. Seluruh santri berhamburan untuk mengantri berwudhu untuk melaksanakan salat subuh berjamaah.
Begitu juga dengan Kelviano dan teman-temannya, mereka tengah mengantri dari pukul setengah tiga, hingga kini hampir menuju pukul tiga. Nyamuk-nyamuk mulai berseliwungan ke telinga mereka. Bentol-bentol akibat gigitan nyamuk pun mulai bermunculan. Rasa pegal mulai menjalari kaki mereka. Sudah cukup lama mereka berdiri, namun mengapa masih terasa lama sekali?
"Pin, kenapa harus ngantri kaya gini sih? Apa nggak ada kamar mandi khusus buat mandi ataupun wudhu?" sungut Farrel seraya menaboki nyamuk yang semakin banyak.
"Diem lah, tinggal berdiri aja. Nikmatin." Kelviano menjawab dengan pejamnya.
"Nikmatin palalo, liat ni kaki gue udah kaya orang kecipratan minyak."
"Aelah Bang, baru aja segitu. Udah berisik aja lo," sahut Daffa. Dia menjulurkan tangannya ke wajah Farrel. "Noh liat tangan gue, udah kaya orang abis cangkul seharian."
Mendengar peraduan nasib mereka berdua. Membuat Jeki dan Arul terbahak. Namun beberapa detik setelahnya Jeki nampak ingin ikut beradu nasib dengan mereka.
"Nih liat kepala gue, udah hampir botak setengah gara-gara di gigit nyamuk," sambung Jeki ikut beradu nasib.
"Bego," umpat Arul. "Mana bisa nyamuk botakin rambut lo yang keras begitu, baru mau narik aja udah ke jungkel tuh ke belakang."
Mereka tertawa terbahak-bahak. Hingga tak terasa antrian sudah di depan mata. Mereka terkejut melihat Kelviano yang sudah memakai sarung. Bagaimana bisa cowok itu sudah rapi seperti itu? Bukannya tadi Kelviano masih terpejam sembari menyender di tembok?
"Nggak usah terkejut gitu kali liatnya." Kelviano berjalan menghampiri mereka. "Makannya jangan banyak omong, antrian lo jadi ke serobot gue kan," ledek Kelviano terkekeh meninggalkan mereka.
Atlas mengangguk, menyetujui ucapan Kelviano. "Bener juga yang di bilang Pino, ini semua gara-gara lo Rel, jadi tambah lama kan kita ngantrinya."
Mereka terkekeh. "Diem. Lo itu kaga diajak."
Atlas berdecak. "Sialan lo anak duyung."
💐💐💐
Kelviano dan teman-temannya berjalan beriringan dengan melontarkan candaan sembari beradu pantun. Kelviano tersenyum hangat ketika melihat teman-temannya yang terlihat begitu bahagia sekarang. Jadi, seperti ini rasanya pergi bersama-sama untuk beribadah? Jadi seperti ini rasanya suasana pondok?
Dihatinya tidak ada rasa menyesal sama sekali sudah memutuskan untuk menjadi santri di sini. Dia malah bahagia sekali bisa mengajak teman-temannya untuk menjadi lebih baik lagi.
"MasyaAllah, kan enak seperti ini di pandangnya. Jadi adem," ujar Kyai Yusuf dari belakang punggung mereka.
Mereka berbalik. Lalu tersenyum ramah kepada Kyai Yusuf. Masing-masing bergantian untuk salim kepadanya.
"Aduh, tumben nih Pak Kyai lewat sini? Ada apa?" tanya Kelviano.
"Oh itu, saya tadi hanya ingin memberikan ini kepada kalian," jawab Kyai Yusuf seraya memberikan barang yang dibawanya.
Kelviano menerimanya dengan ramah. Tetapi dia sedikit bingung, Al-Qur'an dan sarung? Buat apa? Setahunya sudah ada beberapa Al-Qur'an dan sarung yang terdapat di lemari, mengapa Kyai Yusuf memberikan lagi?
"Ini, untuk apa Pak Kyai? Bukankah di kamar sudah ada banyak?"
Kyai Yusuf tersenyum hangat. "Gapapa, ini sebagai hadiah untuk kalian dari saya. Supaya kalian bisa semangat lagi untuk memulai hafalannya besok."
"Hafalan?" pekik mereka serempak.
Kyai Yusuf mengangguk. "Iya, sistem di pondok ini adalah hafal menghafal Al-Qur'an setiap bulannya. Jadi, setiap bulan, santri harus menyetorkan hafalan mereka kepada saya."
"Serius itu Pak Kyai? Itu akan sangat sulit sekali," sahut Arul.
"Nggak ada yang sulit, ingat Allah itu maha penolong."
Saat tengah asik berbincang, lagi dan lagi, Kelviano bertemu dengan gadis bercadar itu. Dengan seringnya bertemu, Kelviano jadi yakin, bahwa dia adalah jodohnya kelak.
"Hey, mengapa kamu melamun?" tanya Kyai Yusuf membuyarkan lamunan Kelviano.
"Gadis bercadar itu, siapa si Pak Kyai."
"Siapa? Di sini banyak sekali yang bercadar."
"Dia." Kelviano menunjuk seseorang yang tengah dimaksudnya. Bola mata Kyai Yusuf menyipit supaya objek di depan saya terlihat lebih jelas. Dia pun tersenyum.
"Dia? Kenapa? Kamu suka?" ledek Kyai Yusuf.
"Hah saya?"
"Pino memang suka sama dia Pak Kyai, sejak pertemuan pertamanya di taman."
Kyai Yusuf mengangguk. "Dia perempuan baik, kejarlah," bisik Kyai Yusuf di telinga Kelviano.
💐💐💐
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cintanya Ning Lala ( End )
Romance"Bisa baca Al-Qur'an?" Tanya Lala tanpa menatap Kelviano sedikit pun. "Maksud lo apa?" "Saya tanya, apa kamu bisa baca Al-Qur'an?" ulangnya untuk memperjelas. "Emang kalo mau kenalan terus nikah sama lo, harus bisa baca Al-Qur'an?" Lala menghela naf...