21. Akhir Yang Tidak Diinginkan ( End )

220 28 127
                                    

Happy reading 💐

***

"Walaupun sebentar,  terima kasih telah membuat  bahagia."

Kanza Lala Aulia–

***

"Turun! Atau saya tembak kamu!"

Lima orang polisi bertubuh kekar mendongak sembari mencondongkan pistol mereka masing-masing. Satu dari mereka berlari masuk ke dalam gedung untuk naik melalu lift.

"Shit!" umpat Kelviano. "Kenapa bisa kepergok gini sih!"  Bola mata Kelviano bergerak gelisah. Wajahnya terlihat pucat pasi.  Jantungnya berdegup tidak karuan.

"Apa gue loncat aja?" gumam Kelviano sembari menunduk menatap jarak antara gedungnya dengan tanah yang tampak mengerikan. "Tapi kalo gue loncat, gue mati dong?"

"Jika kamu tidak turun sekarang, saya akan benar-benar menembak kamu!" pekik Polisi itu lagi.

Kelviano kian panik. Harus bagaimana sekarang? Kelviano menengok kanan kiri  berharap ada tangga untuk turun. Ataupun orang untuk bisa membantunya turun dari gedung ini.  Tetapi nihil, tidak ada satu pun orang atau pun tangga yang dapat membantunya turun.

"Tuhan..  apakah ini takdir yang Engkau berikan untuk hamba? jika pun iya, hamba ikhlas.."

Kelviano menghela nafas panjang. Memejamkan matanya. Air matanya turun membasahi pipi miliknya. "Gue pamit.." ucap Kelviano untuk terakhir kalinya, sebelum akhirnya ia menjatuhkan tubuhnya dari gedung itu.

Kelviano yang kesadarannya belum sepenuhnya hilang. Bibirnya mengeringai melantukan syahadat.

"Asyhadu an laa ilaaha illallaah..wa asyhaduanna muhammadar Rasuulullah." Kelviano lalu tersenyum.

"Berbahagialah gadis kecil. Selamat tinggal." 

💐💐💐

"Berita terkini. Sabtu 15 April 2023. Seorang remaja berinisial K tewas akibat terjatuh dari gedung setinggi satu meter. Diduga remaja ini sengaja menjatuhkan dirinya untuk menghindari pengejaran Polisi."

Seluruh anggota Aragaz yang tengah bersenda gurau terperanjat kaget ketika mendengar berita itu. Atlas yang tengah memakan camilan. Membanting toplesnya hingga hancur lebur.

"Nggak! Nggak mungkin." Atlas menggeleng kuat sembari menutup kedua telinganya. "Nggak mungkin, nggak mungkin Pino kan??!!!" Atlas menatap seluruh teman-temannya. " katakan!! Katakan!! Kalo itu bukan Pino.. tolong."  lirih Atlas diiringi isak tangisnya. Dadanya sangat sesak seperti ditusuk ribuan pisau yang sangat tajam.

"Bang.." Daffa memeluk Atlas sembari mengusap-usap Atlas untuk menenangkannya.

Atlas mendorong tubuh Daffa. Beralih menatap tajam ke arah Farrel yang hanya diam menunduk. Kemudian Atlas beranjak dari duduknya. Menarik kerah baju milik Farrel dengan kasar. "Semua ini gara-gara lo! Kenapa lo dengan bodohnya ninggalin dia di sana Rel?!!" bentak Atlas sembari memukul-mukul dada bidang milik laki-laki itu. "Lo.. lo jahat Rell.. lo pembunuh.." lirih Atlas dengan air mata yang kian deras membasahi pipinya.

"Bang, ini udah takdir. Lo nggak boleh nyalahin siapa pun," Daffa menarik baju belakang milik Atlas, dan menariknya kembali kedalam pelukannya. "Lo nggak boleh gini, lo harus ikhlas.." Daffa berusaha menenangkan Atlas meski sebenarnya dadanya pun terasa sangat sesak. Terlebih lagi  melihat Atlas yang menangis seperti ini. Tetapi Daffa tetap berusaha menyembunyikannya.

Mengejar Cintanya Ning Lala ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang