15. Drama Bantal Guling

90 28 11
                                    

happy reading 💐

***

Pagi ini seluruh Santriwan maupun Santriwati tengah melakukan kerja bakti membersihkan seluruh kamar masing-masing beserta perkarangannya.

Kelviano tengah membersihkan kaca dengan bersenandung-senandung kecil. Atlas dan Farrel tengah mengepel lantai. Arul dan Jeki kebagian untuk membersihkan halaman kamar. Sedangkan Daffa dan Alvaro kebagian membersihkan tempat sampah.

"Ati-ati, jangan sampai barang-barang gue lecet," peringat Kelviano kepada Atlas dan Farrel.

"Dih lo kira kita anak yang baru bisa ngepel apa?" cibir Farrel.

"Ya, siapa tau."

Setelah perdebatan kecil itu, mereka kembali melakukan tugasnya masing-masing.

"Rel, gantian nih cape gue," ucap Atlas seraya memberikan alat pelnya kepada Farrel.

"Dih, setengahnya aja belum ada."

Kelviano geleng-geleng heran sembari mengelus dada dramatis. "Andaikan ada yang mau gantian sama gue, pasti lah senang hati ini."

"Dih, kode lo kaga berguna bagi kita brow."

Kelviano berdecak. "Alah sia."

Atlas berlalu meninggalkan Kelviano dan Farrel. Hingga tiba-tiba bau gosong serta asap mulai memenuhi ruangan.

"Rel, lo nyium sesuatu nggak?"

Farrel mengangguk. "Iya, tapi apa ya."

"BANTAL GULING GUEEEEE!!!!!"

Kelviano dengan perasaan kesal menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Ia langsung mengambil bantal gulingnya dan melemparkannya keluar.

Mampus, jantung Farrel berdetak tidam karuan. Mengapa bantal guling itu bisa kebakar? Bisa mampus dia. Pasti Kelviano tidak akan pernah memaafkannya.

"Pin, maafin gue..."

Kelviano semakin histeris. Dirinya terduduk di atas rumput-rumput. Kakinya menendang-nendang udara "Bantal guling gue.. hiks..hiks.."

"Ada apa?" Atlas dan yang lainnya datang menghampiri keributan yang sedang terjadi. Mata mereka membulat seketika. Bagaimana bisa Farrel dengan beraninya membakar bantal guling Kelviano yang terbilang limited edition itu.

"Bantal guling gue, bantal guling kesayangan gue dibakar sama Farrel..hiks..hiks..hiks.." adu Kelviano dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

Atlas melirik kepada Farrel. "Lo gimana si Rel, kalo udah gini gimana coba?"

"Ya kan gue nggak tau."

"Udah-udah," potong Alvaro. Alvaro menghela nafas lelah. Selalu ada aja yang diributkan. Benar-benar sangat menguras tenaga. Kelviano si Raja drama, si Farrel malah si tukang mengganggu.

"Lo mending sekarang minta maaf," putus Alvaro. "Besok beliin tu anak guling baru."

Kelviano menghentikan tangisnya, menatap Alvaro. "Nggak, nggak mau maaffan gue, harus di bawa jalur hukum," bantah Kelviano. Enak saja segampang itu meminta maaf. Emang dia tidak tau bahwa bantal guling ini limited edition?

Farrel membelalakan matanya terkejut. Demi apapun Farrel saat ini benar-benar sangat-sangat ingin membunuh Kelviano. Mengapa cowo itu selalu kebanyakan drama sih? Padahal hanya sekedar bantal guling saja.

"Eh jamet, cuma perkara bantal guling sampe ke hukum-hukum. Lebay banget lo," protes Farrel.

Kelviano beranjak dari duduknya. Ia berkacak pinggang. "Asal lo tau, guling ini barang branded, langka bro." sungut Kelviano. "Lagian kalo lo ganti pun mana sanggup lo."

"Halah, dipasar banyak guling kaya gitu."

Daffa mengangguk. "Lagian Bang, yaampun perkara bantal guling doang."

Kelviano menghela nafas pelan. Menatap Daffa. Kelviano berujar. "Eh bocil, lo tau apa."

"Brisik, lo juga dulu pernah rusakin gitar gue. Gue biasa aja tuh. Nggak lebay kaya lo," ungkit Farrel.

"Karena gitar lo itu murah."

"Enak aja lo, harga diri lo tu yang murah!" sewot Farrel.

Kelviano menatap Alvaro meminta pembelaan. Namun dibalas gelengan oleh cowo itu.

"Udah lah Pin, lebay banget si lo."

Kelviano menghela nafas kasar. Tanpa ingin berdebat lagi Kelviano langsung memasuki kamar dengan perasaan amarah yang masih berada di puncak.

💐💐💐

547 word.










Mengejar Cintanya Ning Lala ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang