O3 | a small surprise

67 8 0
                                    

Bahagia aku bila bersamamuTenang hatiku dalam pelukanmuTetap denganku hingga kau menuaHingga memutih rambutmuSenang hatiku hidup bersamamuBelahan jiwa jagalah dirikuKarena denganmu damailah hatikuMenualah bersamaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahagia aku bila bersamamu
Tenang hatiku dalam pelukanmu
Tetap denganku hingga kau menua
Hingga memutih rambutmu
Senang hatiku hidup bersamamu
Belahan jiwa jagalah diriku
Karena denganmu damailah hatiku
Menualah bersamaku

Tepukan meriah mengakhiri permainan Raja sore itu. Panas dari matahari jadi tak terasa setelah suara merdunya memenuhi area lapangan. Cowok itu mengejutkan semua orang dengan tiba-tiba menjadi partisipan di atas panggung yang harusnya untuk anak-anak ekskul band.

Jujur, bukan hanya para siswa, tapi panitia OSIS juga. Apalagi Rena. Raja tak memberitahu sebelumnya, mereka juga tak menyangka pria yang terkenal karena sikap dinginnya memiliki suara yang lembut.

Penampilan Raja itu jadi penutup. Dia memamerkan bakatnya di akhir acara. Itu yang membuat area lapangan yang tadinya lengang jadi kembali padat oleh berbagai jenis orang.

Yang paling heboh pastinya perempuan—apalagi yang mendedikasikan dirinya untuk mengagumi para squad cowok tampan. Bahkan ada beberapa siswi yang terang-terangan mengambil foto atau video saat penampilan Raja berlangsung tadi.

“Bagus, Kak.” Rena langsung berkata demikian setelah Raja turun dari panggung bersama gitarnya. “Yang tadi, aku kaget ternyata Kakak bisa nyanyi.”

“Bakat dari nyokap.”

“Mamanya penyanyi?”

“Iya.”

“Ohh...”

Cowok itu mengulas senyum sesaat sebelum akhirnya melenggang, dan Rena tak bisa menahan lebih lama lagi. Tetapi belum genap lima langkah, Raja kembali ditahan oleh tiga perempuan. Ia tak mengenalnya, mungkin kakak kelas?

“Ja, lo keren banget ih tadi!”

Thanks.” Raja membalas gadis dengan rambut berponi itu sekenanya.

“Tampil lagi pas pensi sabi-lah, Ja.”

Raja tersenyum tipis yang jelas sangat dipaksakan. “Gue pikir-pikir dulu, ya.”

“Ja, gue udah—”

“Bisa biarin gue pergi? Gue ada urusan sama Kak Mahen.”

“O-oh, boleh. Yaudah, sana.”

Beberapa meter di belakang, Rena memperhatikan interaksi mereka. Ada perasaan aneh yang tak dapat ia terjemahkan saat melihat tiga perempuan itu bisa mengobrol sedikit lebih lama daripada dirinya. Apalagi saat melihat bagaimana si perempuan berponi yang berdiri di tengah dengan beraninya memegang bahu Raja.

Rena seketika menggelengkan kepala. Kenapa ia jadi julid begini? Tidak, ini bukan dirinya. Ayah tidak mengajarinya untuk iri dengan kepunyaan orang lain. Mereka mungkin teman sekelas Kak Raja. Ayo, positif thinking!

Glacier | Renjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang