O6 | just friend

48 8 0
                                    

Mereka tak berencana tidur sebenarnya, tapi suasana di sana yang tenang, mengundang kantuk yang tak bisa keduanya tahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka tak berencana tidur sebenarnya, tapi suasana di sana yang tenang, mengundang kantuk yang tak bisa keduanya tahan. Ruang UKS memang dipasang pembatas kedap suara, dengan tujuan membuat pasien bisa beristirahat tanpa gangguan.

Raja dibangunkan oleh ponsel di saku celananya yang bergetar panjang. Begitu ia lihat, hanya panggilan tak terjawab dari Mama. Kemudian ia ganti memandang Rena, gadis yang terlelap dengan satu tangan menjuntai ke bawah.

Tangan itu... sempat mengusap kepalanya tadi...

Ia jelas masih ingat, sentuhan ragu namun lembut dari Rena-lah yang membuatnya mengantuk.

Bibirnya menarik senyum tipis. Inginnya berdiam sedikit lebih lama di sini, tapi dia ingat dengan jabatan ketua OSIS yang kini melekat di namanya. Namun sebelum benar-benar pergi, Raja menyempatkan diri mengambil tangan si gadis dan menyimpannya di tempat yang benar.

•••

Berbeda dengan Raja yang bangun sendiri, Rena baru membuka mata saat merasa sesuatu menyentuh lembut dahinya. Keningnya mengernyit dalam, sebelum akhirnya dua kelopak bak mawar itu terbuka perlahan.

“Oh, lo.” Suaranya sedikit serak, makanya Sigit cepat-cepat mengambilkan segelas air untuknya. “Thanks.”

Sigit mengangguk kalem. “Lo udah ngerasa baikan?”

“Ya, lumayan. Tadi Kak Raja di sini, lo tau dia kapan keluarnya?”

“Gue papasan sama dia di luar, sekitar 15-20 menit yang lalu.”

Dua matanya melotot detik itu juga. “Yang bener? Gue kudu balik kalau gitu, lo kenapa gak bangunin dari tadi sih!” dumel Clara. Wajahnya panik saat ia berusaha turun dari ranjang.

“Istirahat lagi aja kalau belum sembuh bener.”

“Nggak. Gue udah lama di sini, sementara banyak yang harus gue kerjain di luar.”

“Renatta.”

“Terus kerja gue apa kalau seharian di sini, Sigit? Gue udah agak baikan kok habis tidur. Nggak usah khawatir berlebihan deh.”

“Dia yang nyuruh gue buat biarin lo istirahat.”

Barulah pergerakannya terhenti, tepat ketika ia selesai memakai sepatu kembali. Rena langsung bungkam. Mulutnya yang sudah sedikit terbuka segera menutup tanpa mengeluarkan satu patah kata.

“Wow, seberpengaruh itu perintahnya di lo.”

“Nggak gitu—”

“Terus gimana? Buktinya sekarang lo diam pas gue bilang itu suruhan Kak Raja.”

“…”

“Apa cowok itu Kak Raja?”

Tidak ada jawaban, sudah ia duga. Sigit lalu bangkit, menaikkan sudut bibirnya ketika sadar Rena tengah menolak menatapnya. “Hahh... kalau beneran dia, gue udah kalah di awal sih, secara gue gak ada apa-apanya dibanding dia.”

Glacier | Renjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang