Awal tahun, Rena sudah telat bangun. Bukan sesuatu yang mengherankan, sebab gadis itu baru tertidur di jam dua pagi. Jadi ketika matanya terbuka tepat pukul sepuluh pagi, Reno tak mempermasalahkan.
Yang misuh-misuh adalah Rena sendiri. Dia menyalahkan alarm yang tidak berbunyi—padahal dirinya yang sengaja tidak mendengar. Menyalahkan Reno karena tidak membangunkannya. Sampai menyalahkan Vivi yang tidak menjalankan tugas wajibnya.
Sabtu siang menjelang jam sebelas, Rena sudah siap hendak pergi keluar.
“Mau ke mana?” Seperti biasa, Reno akan selalu menginterogasinya saat ia akan keluar rumah.
“Kafe Kak Haikal.” Rena menjawab jujur, sambil menyambar dua lembar roti dan segelas susu hangat di meja dapur.
“Sama Sigit?”
Kepalanya menggeleng refleks. “Nggak, sendiri aja.”
“Yaudah, jangan pulang malem.”
“Oke.”
•••
Rena sampai di sana sekitar setengah jam kemudian. Siang hari kafe tidak terlalu ramai rupanya. Ia langsung menemukan kehadiran Raja yang tengah duduk sendirian di kursi halaman depan.
“Kak Raja kok nggak di dalam?”
Raja menoleh ke arahnya, satu yang membuat Rena tercekat adalah wajahnya sedikit lebih pucat. “Nggak.”
“Kenapa?”
“Nggak kenapa-napa. Emang harus ada alasan?”
“Enggak sih, cuma aneh aja.” Suaranya memelan di akhir. “Ngomong-ngomong, Kak Raja di sini sejak kapan?”
“Gue gak pulang.”
“Gak pulang?”
“Kafe penuh terus, gue sama Haikal nginep di sini semalam.” Sedikit tak percaya, tapi melihat raut lelah yang coba cowok itu sembunyikan, Rena jadi percaya. “Terus Kak Haikal di mana sekarang?”
“Masih tidur di dalem.”
“Yang buka kafe siapa?”
“Mbak Dian.”
“Kak Raja tidur berapa jam, deh? Loyo amat kayaknya.”
Cowok itu terlihat berpikir sebentar, bahkan melihat jam di tangannya selama beberapa saat. “Dua jam, maybe. Gue gak inget. Yang jelas, jam empat subuh gue masih belum tidur, tadi bangun jam setengah tujuh, abis itu ya bantu Mbak Dian buka kafe.”
“Kak, jangan maksain gitu, bentar lagi masuk sekolah. Kasian tubuhnya gak ada waktu istirahat.”
Raja tersenyum tipis. “Gue udah biasa.”
“Ck. Justru itu, kalau dibiasain terus resiko bahayanya gede, entar sakit baru tau rasa loh.”
“....”
KAMU SEDANG MEMBACA
Glacier | Renjun ✓
Teen FictionRena pikir hidupnya akan baik-baik saja saat memasuki dunia sekolah menengah atas. Namun ternyata, ia salah kira. Nyatanya takdir masih belum lelah untuk mempermainkan hidupnya. Bukannya hidup seperti siswi normal, dia malah terjebak dalam pesona ke...