O5 | pensi

37 8 0
                                    

Reno disambut kemeriahan acara Pensi begitu motornya tiba di sekolah Rena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reno disambut kemeriahan acara Pensi begitu motornya tiba di sekolah Rena. Ini kali kedua dirinya ke sini setelah hari pendaftaran. Rena langsung tidak mau diantar sewaktu berangkat, gadis itu juga bukan tipikal gadis nakal yang keluar-masuk ruang BK, apalagi sampai memanggil orang tua, jadi ia memang jarang ke sini.

Sekolah tidak memiliki banyak perubahan, hanya saja setiap ia memandang ke satu titik, selalu ada hiasan di sekitarnya.

“Om Reno?”

Suara seseorang terdengar di tengah kebisingan musik yang menggema. Pria itu menoleh, refleks mengulas senyum tipis begitu menemukan Sigit berdiri beberapa meter di depannya.

“Om sejak kapan di sini?” Anak itu bertanya dengan sopan.

“Baru saja. Di mana Rena?”

“Di lapangan. Om mau saya antar ketemu Renatta?”

“Tidak usah, tolong bilangin aja ke Rena saya gak bisa lihat pensinya. Ada pekerjaan mendadak di pabrik.”

“Tapi—”

“Ayah!” Dari kejauhan, Rena berteriak memanggilnya, sesaat kemudian tiba di antara dua pria itu. Ia tersenyum lebar. “Ayah dari kapan datang? Kok nggak langsung ke lapang?”

“Ren, Ayah ke sini sebenarnya mau kasih tau kamu Ayah gak bisa lihat pensinya.” Reno langsung memberi pengertian begitu melihat perubahan raut wajah sang putri. “Ada pekerjaan mendadak di pabrik, Nak. Ayah dipanggil sama Om Burhan.”

“Tapi kan Ayah udah janji sama aku kemaren...”

“Maaf, Ayah benar-benar gak bisa ninggalin pekerjaan ini.”

“Nggak bisa lihat bentar aja?”

Reno menggeleng. “Nggak bisa, jam—”

Kalimatnya tidak terselesaikan, pria itu berakhir terdiam saat putrinya tiba-tiba berlari. Tak ada gerak mencegah sama sekali, sementara Sigit dibuat tercengang hingga tak bisa berkata apa-apa.

“Om, maafin Rena.”

“Nggak apa-apa.” Tangannya lalu menepuk bahu kiri Sigit sebanyak dua kali. “Ya sudah, saya pamit dulu. Kamu jaga Rena baik-baik ya, Sigit.”

“Baik, Om.”

“Oh, dan ini, tolong kamu berikan sama Rena, bekal makannya. Pastikan dia makan, tadi dia cuma sarapan roti di rumah.”

“Siap, Om juga hati-hati di jalannya.”

Sigit baru pergi menyusul Rena setelah Reno hilang dalam pandangan. Mudah menemukannya, gadis itu berada di kelas, duduk sendirian dengan raut wajah muram.

“Kenapa sih lo sekecewa itu? Urusan bokap lo kan lebih penting.”

Rena menarik napas panjang, terus menggolekkan kepala di atas meja. “Gue tuh paling gak suka sama orang yang ingkar janji, Git.”

Glacier | Renjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang