19 | karma

46 6 0
                                    

Jangan nyakitin sahabat gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan nyakitin sahabat gue.

Raja mengacak rambutnya dengan gerak frustasi. Kalimat Sigit terngiang-ngiang di kepalanya. Sudah lima hari berlalu, tapi anehnya, segala kalimat yang diucapkan cowok itu di kafe masih segar di ingatan, seperti baru terjadi beberapa saat lalu. Bukan hanya perkataannya, Raja juga masih ingat bagaimana raut serius bercampur memohon Sigit saat mengatakan itu.

Dia stress. Apalagi pertemuan dengan Papa di malam harinya tempo lalu menambah rasa bersalahnya. Bagaimana ia yang bisa-bisanya berbohong... bagaimana ia yang dengan jahatnya memanfaatkan Rena untuk menghindari perjodohan.

Gue udah nyakitin dia.

Dia sadar itu. Dan karena rasa bersalahnya itulah, Raja jadi sedikit menghindari Rena beberapa hari terakhir. Ia tak menyangka jika Papa menganggap serius perkataannya waktu itu, sampai melakukan background check pada keluarga Rena.

“Papa pikir kamu sudah berangkat.”

Tubuhnya tersentak kecil. Raja menoleh cepat, raut bingung tergambar di wajahnya saat menemukan Chandra berdiri di ambang pintu.

“Ada Raya di bawah, mama bilang kamu harus temuin dia.” Melihat Raja yang mendesah berat, Chandra jadi merasa bersalah. “Maaf, Papa gak bisa bantu kamu untuk ini. Oh, iya, sekadar memberitahu, sore nanti Papa harus kembali ke Cina.”

“Terus soal rencana kita?”

“Ditunda dulu untuk beberapa waktu, Papa benar-benar nggak bisa ninggalin kesepakatan ini. Nanti Papa utus satu orang terpercaya buat mantau kamu sama perempuan itu.”

“Apa mama... bakal pergi juga? Aku bakal sendirian lagi?”

“Nggak. Mama bakal tetap di sini, sama Raya dan mamanya juga.”

“Ck, mending ikut pergi aja sekalian kalau gitu.”

Chandra terkekeh. “Jangan begitu, dia itu mamamu.”

Raja hanya bisa merotasikan bola mata.

“Sudah cepat turun, temui tunanganmu itu sebentar sebelum berangkat sekolah.”

“PAPA!”

•••

Sepertinya, rencananya untuk menghindar disadari cowok itu. Rena bisa berasumsi begitu, sebab beberapa hari ini ia jadi jarang bertemu Raja. Raja tidak ia lihat di mana-mana selain ruang OSIS. Sikap cowok itu juga agak sedikit berubah.

Sepatutnya Rena bersyukur, karena itu berarti jalannya untuk melupakan Raja dimudahkan takdir. Tuhan membantunya kali ini. Oh! Atau mungkin ini bantuan dari Mama? Apa Mama mendengar keresahannya waktu itu?

Rena senang, tapi tak bisa memungkiri jika ia juga sedih. Dia tak menyangka jika hari-hari tanpa Raja akan semembosankan ini. Padahal ada Haikal yang selalu bersamanya.

Glacier | Renjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang