“Kita ke rumah lagi?”
Raya menatap bingung Raja dan mobil bergantian. Kebingungannya sejak cowok itu tiba-tiba membawanya keluar bahkan belum terjawab. Tidak ada gunanya bertanya karena mau sampai tenggorokannya kering pun, Raja memilih tutup mulut. Ia pikir tadinya, mereka akan jalan-jalan dengan Raja yang bolos sekolah, tapi melihat mobil kini berhenti tepat di depan gerbang rumah, kebingungannya bertambah.
“Raja, kenapa pulang? Kamu belum sekolah dan kita belum jalan—”
“Keluar.” Raja memotongnya, lantas keluar tanpa memedulikan raut bingung si gadis.
Bahkan saat Raja mengetuk jendela, Raya masih belum juga keluar. Kesabaran Raja habis, dia sudah cukup sabar menahan diri untuk tak bersikap kasar pada gadis ini selama perjalanan pulang tadi, lalu ditambah tingkahnya yang pembangkang ini, Raya sudah membuatnya kesal setengah mati.
Akhirnya Raja mendecak geram, lantas membuka paksa pintunya dalam sekali hentak, membuat gadis di dalamnya sontak terhenyak.
“Raja—”
“Kalau gue bilang keluar, ya keluar!” Dia menarik paksa Raya hingga keluar.
“It hurts me!”
Raja masa bodoh, ia lanjut menyeret gadis itu masuk dengan kasar. Lelaki itu berjalan cepat, sampai gadis yang ia tarik tertatih-tatih karena tidak mampu mengimbangi langkahnya.
“Lepasin! Sakit!” Raya terus memberontak. “RAJA!”
Tidak ada yang bisa Raya lakukan selain menangis. Bahkan setelah cekalan maut yang nyaris meremukkan pergelangan tangannya terlepas, rasa perihnya malah semakin nyata. Tangannya kebas dan mati rasa untuk beberapa saat.
“You are so rude....” lirihnya sembari sesenggukan.
Sayang, itu tak cukup untuk mengundang rasa iba Raja, nyatanya cowok itu menatapnya dengan datar, bahkan nyaris tanpa ekspresi.
“Ada apa ini?”
Perhatian keduanya teralihkan. Mereka kompak menatap Mama yang berdiri di tengah tangga dengan pandangan yang berbeda. Raja tatapan datar, sementara Raya sorot terluka dan sepasang mata yang basah karena air mata.
“Raya, kamu kenapa?!” Widia jelas terkejut, tapi Raja tak mengerti kenapa gadis itu yang menjadi prioritasnya.
“Raja, kenapa sama Raya? Kamu apain Raya?”
“Tanya aja sendiri.”
Perempuan itu segera beralih pada si gadis. “What happened, hm?”
“I dunno... Tante, aku juga nggak tau kenapa Raja seperti ini.”
“Sebenernya kamu kenapa, Ja? Apa Raya bikin kesalahan di sekolah?”
Raja mati-matian menahan diri untuk tak mengatai Raya dengan sebutan gadis bodoh. “Ma, tadi di sekolah dia bilang dia tunanganku, itu maksudnya apa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Glacier | Renjun ✓
Teen FictionRena pikir hidupnya akan baik-baik saja saat memasuki dunia sekolah menengah atas. Namun ternyata, ia salah kira. Nyatanya takdir masih belum lelah untuk mempermainkan hidupnya. Bukannya hidup seperti siswi normal, dia malah terjebak dalam pesona ke...