"Ayo kumpulin PR kalian, habis itu baru kalian akan ulangan."
Suasana kelas mendadak riuh. Banyak yang mengeluh karena ulangan dilaksanakan tepat sebelum pulang sekolah. Melelahkan sekali.
Lain halnya dengan Haerin, gadis itu tampak tenang, seolah sudah siap dengan konsekuensi yang harus diterima karena lupa mengerjakan PR.
Dengan tenang, Haerin berdiri dan mengangkat tangannya.
"Bu, saya belum kerjain PR-nya," ucapnya jujur.
Sang guru mengernyitkan dahinya heran. Bukankah biasanya Haerin selalu mengerjakan tugas tepat waktu?
Haerin meringis dalam hati.
"Iyalah, biasanya gue selalu minta jawaban sama Minji," batinnya.
"Gak biasanya kamu begini," jawabnya, "Artinya kamu harus berdiri di luar kelas selama pelajaran saya dan gak bisa ikut ulangan hari ini."
Haerin mengangguk seraya berjalan keluar.
Sedangkan Minji, ia terlihat siap-siap saja untuk menjalani ulangan. Maklum, otaknya sangat encer. PR-nya juga sudah dikerjakan. Baginya, ini bukan suatu hal yang sulit.
Minji mengarahkan pandangannya ke arah Haerin. Gadis itu merasa sedih karena Haerin masih tidak mempedulikannya sampai sekarang.
Rasanya aneh, mengerjakan ulangan tanpa Haerin di sebelahnya. Ini pertama kalinya ia mengerjakan ulangan sendirian tanpa kehadiran teman sebangkunya.
Haerin tidak protes sama sekali selama menjalankan hukumannya. Ia berdiri dan termenung di depan kelas, hingga suara dari arah toilet membuyarkan lamunannya.
Rasa penasaran hadir begitu saja, membuat Haerin perlahan berjalan mendekat ke arah toilet. Tepat di depan pintu toilet, ia melihat beberapa murid di dalamnya. Beberapa laki-laki SMA dan seorang perempuan kecil berseragam SD yang sedang meringkuk di tengah.
Hei, seharusnya murid SD sudah pulang sejak tadi. Lagipula, ini toilet untuk anak SMA, bukan SD. Dan satu hal lagi, ini toilet perempuan. Para laki-laki itu tidak tahu diri sekali masuk ke dalam toilet perempuan.
"Heh, kenapa diem aja dari tadi? Gue tanya ya jawab dong!"
"Lo bego apa tolol sih?"
"Woi tuli, kenapa sih lo hidup nyusahin orang doang?"
Mereka sama-sama menindas dan menertawakan perempuan yang sudah nyaris menangis itu.
Haerin mengepalkan tangannya, lalu tanpa berlama-lama segera masuk ke dalam toilet tersebut.
"Ini apa-apaan sih! Lo pada yang tolol! Beraninya sama anak kecil doang," seru Haerin marah.
Para murid SMA tersebut tidak terima dengan perkataan Haerin, namun mereka segera pergi sebelum urusan menjadi lebih panjang.
Sedangkan, perempuan tadi masih terdiam di tempatnya, kemudian sedikit mendongak untuk menatap Haerin. Namun Haerin dapat melihat bahwa perempuan itu menatapnya dengan penuh rasa takut.
"K-kamu gapapa?" tanya Haerin ragu.
Bukannya mendapat respon, perempuan itu justru bergerak mundur secara perlahan, berusaha menjauhi Haerin.
Haerin mengernyitkan dahinya, merasa bingung dengan reaksi perempuan di hadapannya. Tangannya terulur menggenggam tangan perempuan itu, bermaksud membantunya berdiri.
Namun, anak itu berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskan genggaman tersebut, kemudian berlari meninggalkan toilet meninggalkan Haerin sendirian.
Haerin dibuat semakin bingung saat ia melihat sebuah benda kecil yang tergeletak di ujung toilet.
![](https://img.wattpad.com/cover/334581037-288-k971243.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wishlist || Kang Haerin
FanfictionTanpa Haerin sadari, setiap kali ia memohon kepada Sang Pencipta, segala hal yang memang sudah buruk, kini menjadi semakin buruk lagi. Hingga Haerin sadar, bahwa ini sudah saatnya bagi dia untuk memperbaiki semuanya, walaupun ia harus merelakan diri...