Hanni terbangun saat dirinya merasakan cahaya matahari menembus masuk ke dalam kamarnya.
Tunggu, ini bukan kamarnya, ini kamar kakaknya.
Apa yang terjadi semalam?
Masih dilanda kebingungan, dirinya menoleh saat mendengar suara pintu. Itu kakaknya.
"Hanni, sarapan. Bentar lagi kakak udah mau ke sekolah."
Hanni membeku di tempatnya. Benarkah itu kakaknya? Yang selama ini selalu bersikap dingin padanya?
Lagipula, ini merupakan waktu kakaknya untuk sarapan, dan biasanya Hanni akan menunggu sampai kakaknya itu selesai, agar Minji tidak perlu berpapasan dengannya.
Karena ia tahu, kakaknya akan merasa tidak nyaman.
Tapi sekarang, benarkah kakaknya mengajak dirinya untuk makan bersama?
Ia juga ingat, semalam sang kakak membangunkannya dan menyuapinya, tapi ingatan itu benar-benar samar. Ia tidak ingat, apakah itu benar-benar terjadi atau hanya halusinasinya saja.
Sekarang, ia yakin kejadian semalam benar-benar nyata.
Hanni masih mematung, seolah tidak percaya. Tapi, di sisi lain, ia merasa senang. Sangat, sangat senang.
Namun, tentu prosesnya tidak secepat itu. Buktinya, selama sarapan, Minji hanya diam dan tidak berniat berbicara dengannya.
Tapi Hanni mengerti, dan ia sama sekali tak masalah dengan hal itu.
Hanni menyantap sarapannya dengan tenang, berbanding terbalik dengan kakaknya yang tergesa-gesa.
Tak lama setelah itu, Haerin datang. Memang, setiap pagi, Haerin yang akan datang ke rumah Minji, baru kemudian mereka berdua berangkat bersama.
Awalnya, Haerin sedikit tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Maksudnya, kapan lagi ia bisa melihat kedua kakak-adik ini makan bersama?
Namun, Haerin justru sangat fokus memperhatikan Hanni makan.
Menggemaskan sekali, menurutnya.
Lama-lama, Haerin benar-benar ingin memiliki adik seperti Hanni. Ia bersumpah, jika Tuhan mengabulkan keinginannya, ia akan merawatnya baik-baik.
Haerin menghembuskan napas sedih. Tidak, hal itu tidak mungkin terjadi. Hubungan kedua orang tuanya sudah hancur, sangat hancur.
.
.
.
Sepulang sekolah, Haerin teringat akan janjinya bersama Hyein untuk berbincang di taman dekat sekolah, sehingga ia menyuruh Minji untuk pulang sendiri.
Tak perlu menunggu lama, sosok perempuan mungil terlihat berlari menghampirinya, dengan senyum yang begitu cerah terukir jelas pada wajah lugu miliknya.
Sedikit aneh memang, tapi kenyataannya, kini mereka berdua berkomunikasi menggunakan Line walaupun mereka duduk bersebelahan.
Haerin
Kamu mau cerita apa?Hyein
Gak ada Kak
Cuma mau lebih deket aja sama kakak :)
Sekalian nunggu Kak Jeno bubar sekolahTanpa Hyein sadari, gadis di sebelahnya itu tengah tersenyum manis sambil dengan cepat mengetikkan balasan untuknya.
Haerin
Coba ceritain apa aja tentang diri kamu
Apa aja, yang mencolok di diri kamu

KAMU SEDANG MEMBACA
Wishlist || Kang Haerin
FanfictionTanpa Haerin sadari, setiap kali ia memohon kepada Sang Pencipta, segala hal yang memang sudah buruk, kini menjadi semakin buruk lagi. Hingga Haerin sadar, bahwa ini sudah saatnya bagi dia untuk memperbaiki semuanya, walaupun ia harus merelakan diri...