"Danielle, tunggu!" teriak seorang laki-laki dari belakang yang tampaknya merupakan penggemar berat Danielle.
Namun karena suasana yang begitu ramai saat istirahat, Danielle tidak mendengar teriakan orang tersebut.
Merasa tidak mendapat respon, lelaki berseragam SMA itu berlari semakin cepat untuk mengejar Danielle dan mencekal tangannya dari belakang agar Danielle berhenti berjalan dan menoleh ke arahnya.
Danielle terkejut saat merasakan seseorang yang mencekal tangannya secara tiba-tiba.
"Apaan sih!" teriaknya refleks sembari melepas paksa cekalan pada tangannya.
Kepalanya sontak menoleh ke belakang dan melihat siswa SMA tersebut, yang jika dilihat-lihat sepertinya merupakan kakak kelas.
Danielle segera menetralkan ekspresi paniknya. Yang benar saja, ia tiba-tiba berteriak pada orang yang tidak ia kenal.
"Ayo foto bareng, buruan," desak siswa tersebut.
Danielle menatap siswa tersebut tak suka. Bukan apa-apa, tapi anak itu tidak punya sopan santun sama sekali. Sudah mencekal tangannya secara tiba-tiba, sekarang ia berbicara dengan tidak sopan pula.
Tapi, bagaimana pun, Danielle tidak bisa menolak tanpa alasan. Akhirnya, ia mengangguk setuju.
"Lain kali, lo bisa panggil gue baik-baik. Jangan kayak tadi lagi," ucap Danielle tegas.
Tetapi, ucapannya tidak dihiraukan sama sekali.
Ckrek!
Selesai berfoto, siswa tersebut langsung meninggalkannya tanpa mengucapkan terima kasih.
Danielle menggerutu sebal, kemudian berjalan cepat ke kelasnya.
"Kusut banget muka lo," komentar Haerin yang sedang duduk di mejanya.
"Ada kakel nyebelin banget woi," keluh Danielle, "Masa dia minta foto sama gue tapi gak sopan banget ngomongnya, mana tangan gue dipegang-pegang lagi."
Haerin tertawa kecil, "Makanya jadi orang tuh jangan sensi-"
"Haerin! Kenapa lo jadi berpihak ke dia sih?" gerutu Danielle, ia semakin kesal karena tingkah temannya.
"Bercanda doang ya ampun," balas Haerin disertai gelak tawanya, "Makanya gue bilang, kadang ada baiknya lo gak usah terlalu deket sama mereka, apalagi sama orang modelan kakel tadi. Lo gak pernah tau mereka orangnya gimana."
"Gue juga sering mikir gitu, tapi mereka bikin gue ngerasa aman," jawabnya pelan, "Gue ngerasa kalo mereka pasti akan ada di saat gue butuh bantuan."
Haerin tidak merespon banyak, ia hanya menyunggingkan senyum tipisnya.
"Iya, mungkin lo ngerasa disayang sama mereka, tapi nyatanya ada yang cuma terobsesi sama lo," batinnya.
.
.
.
"Gue udah dapet fotonya," ucap siswa SMA tadi — Lee Jeno — kepada salah satu teman dekatnya, Huang Renjun.
"Terus rencana lo apa?"
Jeno tersenyum miring, "Gue punya ide."
"Jangan macem-macem lo, apalagi ini bersangkutan sama primadona sekolah," balas Renjun memperingati Jeno.
"Iya-iya, bawel," Jeno memutar bola matanya malas, "By the way, gue butuh bantuan lo."
Renjun menaikkan sebelah alisnya, meminta penjelasan lengkap dari Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wishlist || Kang Haerin
FanfictionTanpa Haerin sadari, setiap kali ia memohon kepada Sang Pencipta, segala hal yang memang sudah buruk, kini menjadi semakin buruk lagi. Hingga Haerin sadar, bahwa ini sudah saatnya bagi dia untuk memperbaiki semuanya, walaupun ia harus merelakan diri...