15

154 20 0
                                    

"Jeno," interupsi Danielle.

Jeno menoleh ke arahnya dengan tatapan teduh, merasa bersalah pada gadis itu.

"Gue minta maaf."

Bukan, itu bukan Jeno. Danielle-lah yang meminta maaf.

"Maaf, gak seharusnya gue bersikap kayak gitu," Danielle menundukkan kepalanya, menyesal dengan apa yang dilakukannya kemarin.

"Gapapa, gue gak marah kok," lirih Jeno, "Gue juga salah."

"Ke kelas yuk, gue anterin," tawar laki-laki itu, "Bentar lagi udah mau bel masuk."

Danielle menurut saja. Ia melihat sekeliling, sepertinya tidak ada yang menyadari perkelahian mereka kemarin. Buktinya, sampai sekarang, tidak ada rumor apapun tentang mereka yang beredar.

.

.

.

Minji mematung seraya dengan matanya yang membulat.

Baru saja dia ingin mengajak sang adik untuk sarapan bersama, namun ia malah dikejutkan dengan pemandangan yang cukup mengenaskan.

Pham Hanni, adik kecilnya, terbaring tanpa sadar di lantai dengan darah yang tidak berhenti mengalir dari hidungnya. Tidak, ini bukan mimisan biasa. Darahnya begitu banyak, hingga merubah baju yang dikenakannya menjadi merah pekat.

"Papa!" teriak Minji panik.

Satu-satunya orang yang terlintas di pikiran Minji saat ini adalah papanya, Kim Seokjin.

Yang dipanggil segera berlari mendatangi Minji. Awalnya Seokjin begitu panik saat Minji berteriak, karena ia mengira putri sulungnya sedang kenapa-napa. Namun, rasa paniknya sedikit berkurang saat mengetahui bahwa yang sedang membutuhkan bantuan adalah anak yang sebenarnya tidak pernah dia anggap ada.

"Minji, bawa dia ke rumah sakit. Papa lagi sibuk."

Di situasi seperti ini, entah dia dapat dikatakan baik atau tidak. Di satu sisi, dia masih menunjukkan sedikit rasa pedulinya terhadap anak bungsunya. Tetapi, di sisi lain, dia tetap bersikap tidak acuh dan tidak terlalu ingin ikut campur.

Minji berdecak sebal, tetapi dengan rasa panik yang masih mendominasi, ia bergegas mengantar adiknya ke rumah sakit dengan supir pribadi mereka.

.

.

.

Haerin berusaha menghubungi Minji sejak tadi, tetapi sahabatnya itu tampaknya sedang tidak aktif.

Tadi pagi, saat Haerin datang ke rumah Minji, dia tidak menemukan siapa-siapa, kecuali Seokjin yang hanya sekedar mengatakan bahwa Minji tidak akan sekolah hari ini, tanpa menjelaskan apapun.

Jadilah Haerin melakukan perjalanan menuju sekolah seorang diri. Ia pikir, bisa saja Minji sedang sakit.

Dan dugaannya semakin kuat ketika Minji tidak kunjung membalas pesannya dan mengabaikan semua panggilan teleponnya.

Atau mungkin tidak. Karena beberapa menit kemudian, akhirnya gadis bermarga Kim itu membalas pesannya.

Minji
Gue gak kenapa-napa
Hanni yang kenapa-napa

Haerin sedikit terkejut ketika melihat pesan yang dikirim oleh Minji.

Haerin

Hanni kenapa?

Minji
Gak tau, pikiran gue lagi kalut banget sekarang

Wishlist || Kang HaerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang