07

176 28 0
                                    

Tok tok tok

"Bun, Haerin masuk ya?" izin Haerin di depan kamar sang bunda.

Pintu sdah berkali-kali diketuk, namun gadis itu tak kunjung mendengar jawaban dari dalam.

"Bunda?"

Haerin memberanikan diri untuk membuka pintu kamar tersebut. Ia bernapas lega ketika melihat tidak ada apapun yang terjadi.

Bundanya terlihat sedang duduk dan menatap foto-foto keluarga kecilnya saat Haerin masih kecil. Netranya menyorotkan kesedihan dan kekosongan yang begitu dalam.

"Kangen keluarga kita yang dulu ya, Bun? Sama, Haerin juga," ucap gadis tersebut sambil tertawa kecil.

Sang bunda yang sejak tadi belum memberikan respon apapun, akhirnya menoleh ke arah Haerin.

"Iya, bunda kangen masa-masa dimana hubungan kita masih jauh lebih baik daripada sekarang, walaupun sebenarnya hubungan bunda sama ayah kamu itu gak pernah bener-bener baik," balas sang bunda panjang lebar.

"Maksud bunda?" tanya Haerin tidak mengerti.

Bunda Haerin terdiam lagi, namun tak lama setelahnya air mata perlahan lolos dari kedua matanya, membuat Haerin menoleh dan refleks menyeka kedua mata bundanya.

"Bunda rasa, belum saatnya bunda ceritain tentang semuanya, Haerin. Banyak banget hal yang terjadi sebelum kamu lahir, tapi itu semua terlalu sakit untuk bunda ceritain ke kamu. Bunda gak sanggup."

"Haerin paham, Bun, Haerin gak akan maksa bunda," hanya itu yang bisa Haerin ucapkan.

"Andai kita bisa sering habisin waktu kayak gini ya," balas sang bunda.

"Sejak bunda sama ayah kamu sering bertengkar gini, kamu hampir tiap hari gak ada kabar, malem-malem baru pulang," lanjutnya.

Astaga, Haerin merasa bersalah seketika. Pasti selama ini bundanya mengharapkan kehadiran Haerin saat dirinya sedang sedih dan kesepian.

"Maaf, Bun. Tapi... Haerin juga capek, Haerin butuh pulang ke tempat yang bisa bikin Haerin nyaman dan bahagia, Bun. Rumah ini udah gak bisa ngasih Haerin kenyamanan lagi."

Haerin mengumpat dalam hati ketika ia sadar bahwa ia telah salah bicara. Bisa saja perkataannya melukai hati bundanya. Apa maksud dari kalimat terakhirnya? Nyatanya, selama ini bundanya akan selalu siap untuk mengusap air mata Haerin setiap kali gadis itu sedang melewati masa-masa sulit.

Hanya saja, belakangan ini, Haerin terlalu banyak menyimpan lukanya seorang diri. Tidak seperti dulu yang membuat sang bunda bisa menghiburnya setiap kali ia sedih karena dirinya memang selalu terbuka dengan sang bunda.

"Haerin baik-baik aja kok, Bun. Haerin selama ini pulang malem juga karena habis dari rumah Minji, bukan dari tempat lain. Haerin bakal usahain untuk lebih sering temenin bunda di rumah, ya?"

Sang bunda mengangguk dan memeluk anak semata wayangnya dengan erat.

"Tumben tadi kamu tiba-tiba masuk ke kamar bunda. Ada apa?"

"Ah, itu. Minggu depan Haerin mau karyawisata, Bun. Haerin minta uang bunda, ya? Semua anak yang ikut wajib bayar uang patungan."

.

.

.

Ekspresi wajah Hyein berubah menjadi antusias ketika melihat notifikasi dari Renjun yang sudah membalas pesannya.

Hyein
Kak Renjun...

Kak Renjun
Iya Hyein? Ada apa?

Wishlist || Kang HaerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang