Pagi yang cerah tak secerah perasaan Arvelyn, gadis itu memandang datar ponselnya yang menampilkan sebuah room chat.
Arthai
Brngkt sklh gw jmpt.
"Dih, dikira dia, gue mau gitu? Najies!" Gadis itu menggerutu kesal, setelahnya ia pun memanggil Pak Harto yang sedang ngopi di teras rumahnya. "Pak, ayo berangkat!"
"Ini masih pagi loh, Non. Mau berangkat sekarang? Emangnya Den Artha gak jemput lagi, ya?" Tanya Pak Harto.
"Hari ini aku ada piket, jadi harus dateng pagi. Kalau Artha emang lagi gak bisa jemput." Bohongnya.
"Ooh, gitu ya, Non. Ya udah, saya siapin mobilnya dulu." Pak Harto pun segera menyiapkan mobil.
Setelah siap, Arvelyn pun langsung pergi ke sekolah diantar oleh Pak Harto.
°°°°°
Artha berkali-kali mengecek ponselnya, memastikan pesan yang ia kirim sudah di baca atau tidak.
Arvelyn
Brngkt sklh gw jmpt.
Tak ada balasan, namun sudah centang biru. Buru-buru Artha menghabiskan sarapannya, lalu segera berpamitan untuk pergi.
Mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, Artha akhirnya sampai di rumah gadis itu.
Di halaman rumah, Artha melihat Bi Mirna—salah satu pekerja di rumah Arvelyn, sedang menyiram tanaman. Wanita paruh baya itu memandang Artha terkejut.
"Mau jemput Non Velyn ya, Den?" Belum sempat Artha mengutarakan maksudnya datang ke sini, Bi Mirna lebih dulu menanyainya.
"Iya. Velyn nya ada, bi?" Artha bertanya.
"Non Velyn udah berangkat, di anter sama Pak Harto barusan." Jawab Bi Mirna. "Tadi Non Velyn bilang, Den Artha gak bisa jemput, makannya minta dianter sama Pak Harto." Jelasnya.
Mendengar itu Artha mengepalkan tangannya, merasa emosi. Beraninya gadis itu pergi duluan, bukankah ini yang selalu diinginkannya dulu? Lalu mengapa setelah Artha mewujudkannya, gadis itu malah pergi duluan tanpa sepengetahuannya?
"Pasti gara-gara semalem." Batinnya.
"Oh, gitu. Makasih, bi. Kalau gitu Artha pergi." Pamitnya, lalu kembali menaiki motornya.
"Iya, den, hati-hati."
Bi Mirna memperhatikan Artha sampai pemuda itu benar-benar pergi, setelahnya melanjutkan pekerjaannya kembali.
"Pasti Non Velyn lagi ngambek." Gumamnya, Bi Mirna menggelengkan kepala.
"Aduh.. dari dulu mereka selalu aja kayak gini."
°°°°°
Arvelyn sampai di sekolahnya dengan selamat sentosa. Memasuki kelas yang masih sepi, karena ia berangkat terlalu pagi.
Duduk di bangkunya, gadis itu kemudian menelungkupkan kepalanya.
Entah kenapa di saat sendirian seperti ini, otaknya selalu dengan otomatis mengingat serangkaian kesialan yang selama ini ia alami. Tentunya masuk ke dalam novel merupakan kesialan terbesar di hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Fiancé [HIATUS]
Teen FictionNaya Rivera, gadis 19 tahun yang mati akibat kecelakaan beruntun yang dialaminya ketika ia hendak pergi ke kampus. Namun bukannya pergi ke alam baka, jiwa Naya malah tersesat ke dalam tubuh seorang figuran di dalam novel yang baru saja selesai dibac...