AF . 15

32.3K 3.4K 120
                                    

Suasana tampak tenang, kini kegiatan belajar mengajar tengah berlangsung. Selepas menemui Letta beberapa menit lalu, Arvelyn saat ini sudah merasa sedikit tenang. Gadis itu memperhatikan guru yang sedang mengajar di depan sana.

"Tugas kali ini, kalian harus baca salah satu buku di perpustakaan, lalu nanti hasil dari apa yang kalian baca tuliskan secara singkat di kertas yang ibu bagikan barusan." Ucap Bu Nida-guru Bahasa Indonesia.

Hal itu membuat murid-murid membuka suara, mengeluh akan tugas yang diberikan. Suasana menjadi ricuh seketika.

"Diam!" Bu Nida berteriak, memukul meja dengan buku paket miliknya. "Tidak ada bantahan! Hari ini juga ibu mau tugasnya sudah selesai!" Lanjut Bu Nida yang membuat para murid semakin merasa kewalahan, namun tak ada satupun diantara mereka yang berani membuka suara.

"Sekarang, silahkan pergi ke perpustakaan." Ucap Bu Nita sambil membereskan barang-barang miliknya. "Ketua kelas, tolong kumpulkan tugasnya saat jam pelajaran saya sudah selesai." Lanjutnya yang di balas dengan setengah hati oleh Ray-sang ketua kelas.

"Baiklah, ibu permisi. Mohon kerjakan tugas kalian dengan benar, karena ini akan masuk kedalam nilai kalian di raport. Jika mengerjakan dengan asal, maka siap-siap saja nilai kalian kecil di raport nanti." Ujar Bu Nida lalu setelahnya pergi dari sana.

Sesaat setelah kepergian Bu Nida, kelas kembali ricuh oleh keluhan para murid. Termasuk Arvelyn dan kedua sahabatnya, kini mereka bertiga tengah mencak-mencak akibat kesal dengan tugas yang diberikan.

"Dasar Bu Nida! Dikira otak kita se-jenius Albert Einstein, apa?!" Gerutu Fhira sambil mengambil buku dan bolpoin miliknya dengan kesal.

"Emang minta di santet tuh guru! Waktunya tinggal satu jam lagi!" Lanjut Nayra.

"Iya, anjir! Mana anak gue udah minta makan!" Balas Arvelyn sambil mengusap perutnya.

Tak!

"Hamil sama siapa lo, jubaedah?! Jangan bilang sama Art--" Perkataan Fhira terhenti ketika Arvelyn memelototinya garang.

Sedangkan Arvelyn mengusap dahinya yang memerah akibat pukulan bolpoin dari Fhira. "Jangan ngadi-ngadi ye, lu! Anak gue tuh, cacing-cacing di dalem perut gue!" Ucap Arvelyn kesal.

Fhira cengengesan mendengarnya. "Hehehe, maaf. Barusan mah becanda doang." Ucapnya sambil menyatukan kedua tangan di depan dada, lalu sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Oy! Cepetan ke perpus! Nanti waktunya keburu abis!" Ray menginterupsi, yang membuat semua teman sekelasnya bergegas menuju perpustakaan sekolah.

°°°°°

Bahu Arvelyn terkulai lemas kala mendapati keadaan perpustakaan yang ramai dengan murid-murid lainnya. Dan sialnya mereka adalah murid dari kelas sebelah, alias kelas yang ditempati oleh Artha dan antek-anteknya.

Satu fakta lagi yang baru diketahui oleh Arvelyn, bahwa Letta dan Artha ternyata satu kelas.

"Mereka ngapain disini, sih?!" Gumam Arvelyn.

Berbanding terbalik dengan Arvelyn, Fhira justru tersenyum lebar. Gadis itu dengan semangat berlari ke dalam perpustakaan, bahkan sampai meninggalkan kedua sahabatnya.

Kini Arvelyn tengah memilih-milih buku yang akan dibacanya, bersama dengan Nayra di sampingnya.

"Si Fhira kemana, Nay?" Tanya Arvelyn dengan tangan yang masih sibuk memilih buku.

Nayra menoleh, lalu menatap sahabatnya itu heran. "Ya nyamperin Fenzo, lah!" Balas Nayra ngegas.

Arvelyn menatap Nayra bingung. "Ngapain Fhira nyamperin Fenzo?" Gadis itu kembali bertanya.

Antagonist Fiancé [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang