U&I-Chapter 1

595 46 12
                                    

Detak jam dinding sampai terdengar saking sunyinya suasana malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Detak jam dinding sampai terdengar saking sunyinya suasana malam itu. Jarum pendeknya terarah pada angka 11. Kalender yang tergantung di bawahnya menunjukkan bulan Agustus 2010.

Dua gadis remaja duduk di depan wanita tua dengan uban berbaur dengan rambut hitamnya yang lebih sedikit. Gurat kecemasan tampak di raut wajahnya yang sudah keriput. Sedangkan dua gadis itu tampak penasaran dengan apa yang akan dikatakannya.

"Mih, permisi. Emih manggil Ugi sama Iwen, malem-malem ke sini, ada apa?"

Gadis yang bertanya itu namanya Ugi, atau lengkapnya Brigita Harmony. Dan yang di sampingnya adalah Qwenzy Melody atau lebih akrab disapa Iwen.

"Emih teh mau menceritakan asal-usul kalian, bisa ada di panti asuhan ini."

Kedua gadis itu saling tatap, sepertinya yang akan diceritakan Emih Ratna memang yang jadi pertanyaan mereka dari dulu. Cuma, Emih sengaja ngasih tau mereka apabila mereka sudah menginjak usia remaja menuju dewasa, dan sekaranglah saatnya.

.
.

Ugi dan Iwen balik ke kamar mereka di lantai dua. Bagi anak panti yang sudah remaja, menempati kamar yang lebih kecil, ditempati dua sampai tiga orang. Sedangkan yang masih kecil biasanya ditempatkan di ruangan lebih besar dengan ranjang-ranjang berjajar, ada pun yang bersusun tingkat.

Ya, sudah lebih dari 17 tahun Ugi dan Iwen dibesarkan di panti asuhan Satya Nugraha, yang dikelola Ratna atau anak-anak asuhnya lebih akrab menyapanya 'Emih Ratna', berlokasi di Kota Bandung.

Iwen merenungi apa yang dikatakan Emih Ratna tadi, tentang asal usul mereka.

"Gi, Gi." Iwen nyolek-nyolek pundak Ugi yang tidur menyamping memunggunginya. Tapi, malah dicuekin karena Ugi sudah ngantuk berat.

"Euh, dasar kebo," kesal Iwen, karena Ugi tak kunjung balik badan, merespon panggilannya.

"Gi!" panggil Iwen sekali lagi.

"Naon sih, Wen. Isuk deui lah, tunduh!"
(*Apa sih, Wen. Besok lagi lah, ngantuk!)

"Ish, Iwen cuma mau nanya, yang dibilang Emih Ratna tadi teh bener apa engga?"

Ugi nyerah, balik badan juga, daripada Iwen mengganggunya terus. "Ya pasti bener lah, Wen. Masa, Emih ngarang cerita, buat apa coba? Pan Mih Ratna teh jauh lebih tua dari kita, jelas tau asal-usul kita dari bayi."

Iwen makin gelisah. "Jadi bener nya Gi, kita teh dibuang sama orangtua kita di depan panti malem-malem cuma beralaskan kardus. Udah kayak buang anak kucing aja. Coba waktu itu Emih ga keluar, bisa-bisa kita mati kedinginan." Iwen mulai terisak, meratapi nasib malangnya. Tak lama air matanya makin deras berjatuhan.

"Udah lah, Wen. Kamu teh cengeng banget," ledek Ugi. Tadinya gak mau nangis, tapi gara-gara Iwen yang makin sesenggukan jadi ketularan. Bibirnya pun bergetar dan air matanya meluncur.

U&I (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang