Dua sejoli duduk berdampingan di kursi depan sebuah mobil yang terparkir di basement studio musik, sambil menikmati es krim cone yang dibeli dari mini market terdekat. Pringles kesayangan dipelukan. Pokoknya, jadi pacar Ijong, Ugi ga bakal berhenti ngunyah. Karena Ijong suka beruang betinanya itu memiliki pipi berisi, biar bisa dicubit-cubit gemas.
"Heran, kenapa Mas Choky hobi banget nyari penyakit. Udah tau, Iwen pacarnya Bang Rayi, masih juga usaha. Ga kapok apa, sama kejadian kemaren, babak belur berantem sama Mas Surya."
"Sebagai teman yang tiap hari sama dia, aku bisa ngerasain, yang dicintai Choky itu bukan Mbak Iren, tapi Iwen. Kamu percaya ga, kalau cinta itu buta? Ada kalanya kita menemui orang yang salah, sebelum bertemu yang benar. Jangan jauh-jauh, aku ini contohnya, dari sekian cewek yang pernah mengisi hidupku, kamu adalah yang selama ini kucari, Gi."
Alih-alih tersentuh, Ugi melempar delikan pada si raja gombal. "Ini cuma modus playboy buat puas-puasin ganti-ganti cewek, iya, kan? Kamu pasti bilang gini sama semua cewek yang pernah jadi pacarmu?"
Ijong yang selalu lihai menghadapi cewek, cuma sama yang satu ini sulit banget luluh kalo digombalin.
"Aku mesti ngomong apa lagi sih, Gi, biar kamu percaya. Digombalin ga percaya, diajak nikah ga mau. Jangan pikir aku ga bisa nekat, ya."
"Nekat apa?!" Ugi menatap lekat mata lelaki itu, meski posisi duduknya diam-diam beringsut sedikit ke samping.
Yang katanya mau nekat, disodorin muka galak, malah ciut duluan. Ijong meneguk liurnya seraya memalingkan wajah. Jantungnya berdegup kencang.
Sebaiknya Ugi jangan terlalu gegabah nantangin cowok berpengalaman macam Ijong, kalu ga mau terjadi hal yang ga diinginkan. Mobil bergoyang di siang bolong contohnya. Mana basement siang itu sepi banget.
Suasana kikuk itu berubah panik dalam sekejap. Dari balik jendela mobil, Ugi melihat sesuatu yang gawat akan segera terjadi. "I-itu kan, bu-bukannya Bang Rayi!" ucap Ugi tergagap-gagap.
Ijong lantas menoleh, matanya sontak membeliak. Buru-buru membuka pintu, berlari ke arah pria yang baru saja turun dari motor besarnya, diikuti Ugi di belakang.
"Kapan nyempe? Tadinya gue mau manggil kalian janjian di sini." Rayi mencopot helm, menggantungnya di gagang spion.
"Kita dari tadi udah nyampe, cuma belum turun dari mobil." Kegugupan Ijong ga bisa disembunyikan dari gestur tubuhnya yang gak rileks. Apalagi Ugi yang terus celingukan ke dalam studio.
"Tumben, hari Minggu dateng ke studio?" tanya Ugi. Mereka berusahalah ngulur waktu sebanyak yang mereka bisa, selagi Choky dan Iwen ada di dalam studio.
"Ada kabar baik yang mau gue sampein ke kalian...." Rayi celangak celinguk ke dalam mobil, karena mengira Iwen datang bareng mereka. "Iwen mana?"
"Ada di dalem," kata Ugi keceplosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
U&I (TAMAT)
FanfictionUgi dan Iwen anak panti asuhan dari Bandung, nekat merantau ke Ibukota untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi. Mereka dipertemukan dengan Choky dan Ijong, mahasiswa yang kebetulan memiliki hobi yang sama di bidang musik. Mereka lalu membentuk sebuah...