Iwen memukul-mukul pundaknya karena pegal setelah menghias donat untuk dijual besok. Sedangkan Ugi rebahan di sofa, setelah membuat adonan croissant. Udah gak ketolong, ngorok kayak beruang hibernasi.
"Teh, Iwen ijin ke luar sebentar," kata Iwen sambil memasukkan lengan sweternya.
Iren yang sedang memasukkan cookies di loyang datar ke dalam oven, menoleh sebentar. "Mau ke mana, Wen?"
"Beli minuman dingin."
"Emang di kulkas gak ada?"
"Abis, Teh. Ada sekaleng lagi juga diabisin Ugi. Tuh!" tunjuk Iwen ke atas meja, ada kaleng kosong minuman 'yang ada badaknya' rasa lemon.
"Ya udah, jangan jauh-jauh. Banyak anak nongkrong suka iseng kalo malem," pesan Iren.
"Engga kok, Teh, paling ke Tokonya Koh Acong di depan."
.
.Bener apa kata Iren, sepulangnya dari Toko Koh Acong, ada beberapa pemuda tanggung yang sedang nongkrong, padahal waktu pergi belum ada. Iwen santai aja nyedot minuman dingin, tiba-tiba ada salah satu dari mereka menghadang jalannya.
"Kak, minta uang rokoknya dong?" kata bocah itu menengadahkan telapak tangan di depan Iwen.
"Yeh, kecil-kecil udah ngerokok. Gak baek, Tong," kata Iwen meniru gaya bahasa orang setempat.
"Kakak cantik jangan pelit, kalo gak ngasih gak bakal kita kasih jalan." Bocah satunya ikut menjegal.
Iwen mendengkus kesal. "Kecil-kecil udah belajar jadi preman."
Adu mulut itu terus berlangsung selama beberapa saat. Sampai akhirnya Iwen menghela napas dalam, mengeluarkan uang recehan di saku celananya, kembalian dari Koh Acong tadi. "Nih ada segini mau gak?" Iwen membuka telapak tangannya, ada tiga keping uang logam gope-an.
Seketika bocah-bocah rese itu tergelak bersamaan.
"Uang segitu bakal apaan?"
"Bagus udah dikasih," kesal Iwen.
"Cantik-cantik pelit, huuu!"
"Kere!"
"Sembarangan bilang kere. Sekarang boleh kere, tapi lihat nanti, kalau Iwen udah jadi penyanyi terkenal, gak akan kukasih tanda tangan!"
Tiga bocah itu tergelak lagi.
"Kalau udah terkenal, nitip salam sama Luna Maya, ya, hahaha."
Iwen malah jadi bulan-bulanan olok-olok anak-anak itu. Giginya merapat geregetan, hampir aja ngambil sendal buat nimpuk.
"Ada apa nih, ribut-ribut?" dari belakang terdengar suara berat bertanya. Tiga bocah itu langsung melotot.
Iwen menoleh cepat ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
U&I (TAMAT)
FanfictionUgi dan Iwen anak panti asuhan dari Bandung, nekat merantau ke Ibukota untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi. Mereka dipertemukan dengan Choky dan Ijong, mahasiswa yang kebetulan memiliki hobi yang sama di bidang musik. Mereka lalu membentuk sebuah...