U&I-Chapter 21

167 28 14
                                    

Tubuh Choky gemetar, syok menyaksikan sosok yang paling dicintai terbaring di atas brankar bersimbah darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tubuh Choky gemetar, syok menyaksikan sosok yang paling dicintai terbaring di atas brankar bersimbah darah. Dunianya runtuh. Hati siapa yang tak akan teriris pilu melihat sosok mungil yang dikasihinya dalam kondisi mengenaskan. Bahkan setiap jengkal kesakitannya mampu ia rasakan. -Ya, Tuhan. Kenapa ini bisa terjadi? Dia masih terlalu muda untuk tertimpa kemalangan ini. Kenapa tidak aku saja.... -jerit Choky dalam hati.

Di sisa-sisa kesadaran yang semakin menurun, mata sang gadis berkaca-kaca, hampir tak percaya, sosok yang ingin ia temui, kini berada di sampingnya. Namun, bukan dalam suasana suka cita, melainkan duka.

"Mas Choky...," lirih Iwen hampir tak terdengar, suaranya tertahan di tenggorokan. Rahangnya sulit digerakkan, padahal ada kata-kata penting yang ingin ia sampaikan.
Kalau pun sekarang adalah detik-detik terakhir waktuku, aku akan pergi dengan bahagia, karena kamu ada di sini. Iwen cinta sama Mas Choky. Iwen ingin Mas denger, tapi ... sepertinya ... sudah terlambat....

Gelap, tak ada yang tersisa. Sorot netranya sudah terenggut, hilang seiring kelopak matanya yang tertutup.

Choky tak bisa membendung kepanikan. Menangis sejadinya. Ia peluk erat tubuh mungil yang malang itu, berharap matanya kembali terbuka.

"Wen, bangun, Wen! Mas mohon, kamu harus bertahan!" Tangis Choky semakin menjadi.

Orang-orang yang menyaksikan hanya bisa menatap iba, menjadi saksi sampai ambulans membawanya untuk segera mendapatkan pertolongan.

.
.

"Me-meninggal? Halo! Halo! Chok! Siapa yang meninggal? Lo kalo ngomong yang jelas!" Ijong kesal karena suara Choky tak terdengar begitu jelas, sedangkan informasi yang ditangkapnya masih belum tercerna. Ugi di sampingnya terkejut bukan main.

Baru beberapa detik, sambungan telepon terputus, Ijong makin kesal. Beberapa kali mencoba menghubungi balik, tapi nomor Choky tidak aktif.

"Siapa yang meninggal?" tanya Ugi begitu Ijong mengakhiri telponnya.

"Choky ngomongnya ga jelas, kayaknya sambil nangis, dia bilang, Iwen."

Iwen....

Bak tersambar petir di siang bolong, dalam hitungan detik, air mata berjatuhan menyusuri pipinya. Berharap kalau kabar buruk itu tidaklah benar.

"Telepon balik, dong, kenapa diem aja!" Ugi menggoncang lengan Ijong.

"Udah aku coba, Gi. HP si Choky mati. Mungkin abis batrai apa gimana."

Perasaan Ugi ga karu-karuan, sepanjang jalan gadis bersuarai panjang itu tak hentinya menangis. Nomor mereka ga ada satu pun yang aktif, sulit mendapat kejelasan tentang kondisi kalut yang sedang terjadi.

Setelah mendatangi bagian informasi, mereka pun menuju IGD. Langkah cepat keduanya serasa tak menapak di bumi, saking paniknya.

Di luar IGD mereka melihat Choky tengah tertunduk lesu di kursi tunggu. Begitu terdengar suara langkah mendekat, wajahnya kembali terangkat. Tampak sembap. Dan yang paling mengerikan, ada bercak darah menodai pakaiannya.

U&I (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang