U&I-Chapter 24

133 22 24
                                    

"Benturan keras yang terjadi pasca kecelakaan, tenyata mengenai syaraf penglihatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Benturan keras yang terjadi pasca kecelakaan, tenyata mengenai syaraf penglihatannya. Benturan tersebut menyebabkan kerusakan serabut saraf yang terletak di bagian belakang bola mata. Selain itu terjadi pula perdarahan pada retina yang menyebabkan pasien mengalami kebutaan."

Iren mendadak lemas sekujur tubuh. Kenapa takdir menyedihkan ini harus diterima adiknya yang sedang semangat-semangatnya menata masa depan. Sulit menerima kenyataan pahit. Apalagi Iwen, yang harus menerima akibat fatal pasca kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya.

"Apa penglihatannya bisa kembali?" lanjutnya penuh harap, akan ada solusi untuk kesembuhan sang adik.

Pria paruh baya dengan jas putih itu menghela napas dalam sebelum menjawab, "Ada dua cara yang bisa kami tempuh untuk mengembalikan penglihatan pasien, yakni dengan pemberian obat melalui injeksi ke pembuluh darah. Jika tidak berhasil, tindakan operasi menjadi langkah selanjutnya. Meskipun tingkat keberhasilannya hanya 50:50."

"Kenapa kemungkinan berhasilannya sekecil itu, Dok?"

"Kerusakan sarafnya cukup parah. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperbesar peluangnya."

****

Keceriaan gadis belia itu tak tampak lagi. Tawa candanya seakan lenyap. Semangat hidupnya semakin redup. Sementara sang sahabat, Ugi, sedang memulai menata masa depannya, sudah beberapa hari ini ia menjalani aktivitas sebagai mahasiswa baru di salah satu universitas di Jakarta.

Dalam kekalutan hati, ada sesosok pria yang selalu setia mendampinginya. Memberikan dukungan dan menyemangatinya. Ketulusannya diuji dengan musibah ini. Namun, cintanya tidaklah main-main. Meskipun sampai detik ini, yang ia tahu, sang gadis masih jadi kekasih sahabatnya. Choky tidak peduli, selagi perhatiannya tulus, amukan dari Rayi sekali pun akan ia terima.

Choky merasa khawatir, Iwen semakin kurus karena makanan apa pun yang datang selalu ditolak, kalaupun masuk paling cuma beberapa suap saja.

Pagi itu petugas rumah sakit membawa meja dorong, mengantarkan makanan untuk pasien. Makanan dengan gizi seimbang ditempatkan pada wadah stainless steel bersekat, ada berbagai menu di sana.

"Wen, kamu makan ya. Dari kemarin kamu makan sedikit banget."

Paras tampannya yang selalu menyejukkan hati, tak bisa dilihat lagi, hanya suara beratnya yang bisa ia dengar, bernada lembut, mencerminkan perhatiannya yang tulus.

Iwen menggeleng. "Iwen ga lapar. Mas ngerti kan apa yang Iwen rasakan?"

"Mas ngerti, tapi kalau kamu tidak makan, dari mana tubuhmu dapat asupan nutrisi? Mas suapin ya?" bujuk Choky, seraya menyendok sup ayam beserta nasi dan lauk lainnya. "Buka mulutmu. Ada sup ayam dan perkedel jagung, pasti kamu suka." Choky menghirup aroma makanan itu dalam-dalam. "Tuh, baunya aja udah enak banget. Ayo buka mulutmu, aaaaa."

Iwen pun menyerah dengan bujukan Choky, membuka mulut, menerima suapannya. Choky tersenyum lega, kembali menyendok untuk suapan berikutnya.

Selagi menunggunya mengunyah, Choky tatap lekat wajah sang gadis, yang tampak begitu cantik di usia belianya. -Ya, Tuhan. Mohon berikan kesembuhan untuknya. Mata dengan iris coklat cerah ini begitu indah, sungguh sayang bila harus kehilangan cahayanya.

U&I (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang