"Mau mandi bareng, Wen?" Suara rendah suaminya menyentuh telinga Iwen yang baru saja bangkit dari tempat tidur, duduk di tepi ranjang.
"Kita udah terlambat, Mas. Ugi pasti marah kalau kita telat dateng."
"Justru mandi bareng biar hemat waktu."
"Kalo mandi bareng bukannya hemat waktu, malah makin lama. Mas pasti bakal maksa minta jatah lagi."
"Kok, tahu?" Choky tertawa riang karena modusnya ketahuan.
Mereka baru selesai bercinta, tapi Choky tak pernah puas, padahal waktu untuk menghadiri pernikahan Ugi dan Ijong sudah sangat mepet.
"Iwen mau mandi duluan. Kalo Mas masih lelet kayak gini, ntar Iwen tinggalin," kesal Iwen, yang udah tahu karakter suaminya yang terlalu santai.
"Tumben mau mandi duluan. Biasanya kan paling ga bisa kalo mandi ditungguin."
"Yang kita hadiri pesta pernikahan, Mas, Iwen mesti dandan, pastinya perlu banyak waktu."
"Wajah kamu yang polos tanpa riasan juga udah cantik banget. Apalagi kalo polosnya sebadan-badan, kesukaan Mas banget," jujurnya tanpa basa-basi.
Iwen yang tadinya kesal tersenyum juga. "Dasar mesum. Udah ah, waktu malah jadi makin banyak kebuang. Iwen mandi dulu," pungkasnya sambil ngeloyor masuk kamar mandi.
"Jangan lupa kunci pintu, Mas kalo udah ga tahan bisa maksa nyeruduk masuk," seru Choky menggoda Istrinya. Belum berhenti bicara sudah terdengar suara pintu terkunci.
Choky kembali menghempaskan tubuh telanjangnya yang hanya terbalut selimut ke tempat tidur, mendesah sambil memejamkan mata. Pergumulan panas pagi itu terasa belum cukup untuknya.
Keluar dari kamar mandi, Iwen melotot karena melihat suaminya masih rebahan di tempat tidur. "Astaga, Mas, kok malah tiduran lagi. Kalo gini terus, Iwen beneran berangkat duluan, biar minta dijemput Papa."
"Iya, Sayang." Choky pun bangun, mengambil handuk dalam lemari, membelitkan ke pinggangnya.
Choky tertegun sejenak ketika Iwen mulai duduk di meja rias. "Bisa gonjang-ganjing dunia persilatan kalo bini gue dandan," gumamnya.
"Emangnya kenapa?" Iwen yang sedang natap cermin rupanya mendengar gumaman pelan itu, menoleh sejenak ke arah suaminya.
"Mas ga suka cowok-cowok natap kamu lama-lama."
"Apa bedanya kalo lagi manggung? Bukannya fans U&I banyak cowok juga?"
"Jangan pikir Mas ga kesel. Mas mukul drum di belakang jedak-jeduk pake tenaga, itu bukan karena semangat, tapi untuk melampiaskan kekesalan."
Sebisa mungkin Iwen menahan tawa sampai perutnya sakit, karena kalo gelak tawanya sampe keluar, takutnya Choky tersinggung. "Udah, Mas, mandi sana. Pagi-pagi udah ngomel."
KAMU SEDANG MEMBACA
U&I (TAMAT)
FanfictionUgi dan Iwen anak panti asuhan dari Bandung, nekat merantau ke Ibukota untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi. Mereka dipertemukan dengan Choky dan Ijong, mahasiswa yang kebetulan memiliki hobi yang sama di bidang musik. Mereka lalu membentuk sebuah...