"Emih Ratna apa kabar?" tanya Iren di sela-sela kesibukannya. Menghias cheese cake dengan butter cream. Tangannya sudah sangat cekatan mengoleskan krim pucat itu sampai merata. Kemudian menghias dengan strawberry segar, dan taburan gula tepung di atasnya, tampak seperti salju.
Iren menyewa toko kecil di pinggir jalan tak jauh dari kontrakan, menjual berbagai macam kue.
"Emih mah selalu bugar. Ya, kayak yang Teteh tau, Emih selalu aktif. Katanya kalau keseringan diam bisa cepet pikun," kata Ugi.
"Teh, kenapa Teteh ga ngasih kabar sama kami kalau Teteh sudah menikah?" tanya Iwen.
Iren menghela napas dalam, tampak kegelisahan di raut wajahnya. "Teteh akan menceritakannya dari awal, agar kalian paham alasan Teteh.
Semua bermula dari pertemuan Teteh dengan Mas Surya, saat awal masuk kuliah, dia kakak tingkat yang sangat baik. Seiring berjalannya waktu, kami pun menjalin hubungan spesial. Karena masih muda dan terlalu dibutakan cinta, kami melakukan kesalahan yang tak semestinya terjadi. Teteh hamil di luar nikah...." Ucapan Iren terjeda sejenak, untuk kembali menghirup napas dalam. Sementara Iwen dan Ugi terbelalak kaget.
".... Orangtua Mas Surya marah besar, bahkan ibunya memaksa Teteh supaya menggugurkan kandungan. Tapi, Teteh menolak. Begitu pun Mas Surya, dia bersikeras menikahi Teteh. Karena kandungan semakin besar, di bulan ke empat kehamilan, kami menikah.
Menjadi menantu keluarga kaya tak seindah kedengarannya. Kasta kami yang berbeda jauh bagai langit dan bumi, membuat mereka tak segan-segan merendahkan Teteh. Sampai Allen lahir, Teteh masih bertahan. Tapi, dari hari ke hari, perseteruan Teteh dan Ibu Mas Surya semakin meruncing. Sampai puncaknya, Teteh diusir dari kediaman keluarga Hartanto, meninggalkan Allen yang saat itu baru berusia tiga tahun."
Iren tak kuasa menahan air matanya yang tak terbendung. Ugi yang ada di sampingnya memeluk Iren, mencoba menguatkannya. "Sabar, ya, Teh. Ugi kira, selama tujuh tahun ini Teteh baik-baik saja." Ugi dan Iwen akhirnya paham kenapa Iren tidak mengabari pernikahannya.
"Kehidupan Teteh memang tidak patut dicontoh. Kalian harus lebih baik dalam menata masa depan. Kalau bisa, jangan pikirkan dulu cowok. Taruh mereka di urutan ke sekian."
"Kenapa Mas Surya tidak berusaha membela Teteh dan mempertahankan rumah tangga kalian, bukannya kalian bisa hidup mandiri di mana saja?" tanya Iwen.
"Ibunya Mas Surya tetap bersikeras ingin kami cerai. Katanya saat ini dia mengidap penyakit berat, Mas Surya tidak mau jadi anak durhaka dengan terus-menerus menentang ibunya yang sedang sakit. Terpaksa Teteh yang mengalah, saat ini kami sedang dalam proses perceraian. Tapi, Mas Surya tidak memisahkan Allen dari Teteh, tiap Sabtu dan Minggu Allen dibawa ke sini, dari pagi sampai sore. Tentunya tanpa sepengetahuan neneknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
U&I (TAMAT)
FanficUgi dan Iwen anak panti asuhan dari Bandung, nekat merantau ke Ibukota untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi. Mereka dipertemukan dengan Choky dan Ijong, mahasiswa yang kebetulan memiliki hobi yang sama di bidang musik. Mereka lalu membentuk sebuah...