Deru angin, dingin menerpa wajah gadis belia yang sedang tenggelam dalam lamunannya. Meskipun hanya diam, hatinya ramai dengan gejolak perasaan yang tengah kalut. Menentukan pilihan, tak serta merta membuat hatinya menjadi tentram, malah makin gelisah.
Andai dulu kuungkapkan saja perasaan pada Mas Choky, mungkin akhirnya tidak akan serumit ini. Kalau pun saat itu ditolak, sakitnya tidak akan berkepanjangan. Selesai sampai di situ. Menjadi teman pun tidak terlalu buruk, masih bisa menikmati hari-hari bersamanya sebagai partner bermusik.
Lamunan Iwen tersadarkan karena kendaraan yang dinaikinya terhenti. Melihat ke sekeliling, belum sampai tujuan.
"Wen, kita turun dulu. Ada yang mau Abang omongin."
Iwen mengangguk patuh, seraya melepas helm.
Mereka duduk di kursi taman sebuah komplek perumahan sekitar tempat tinggal Rayi. Beberapa kali selalu jadi tempat yang nyaman untuk mengobrol. Sepertinya Rayi berencana membawa Iwen ke rumahnya. Tapi, ia memutuskan untuk berhenti karena sudah tidak tahan, ada yang mengganjal di hati. Kalau di rumah pastinya ada Niken, tidak akan leluasa untuk bicara empat mata.
Rayi menghela napas panjang, menatap lekat wajah gadisnya yang masih tertunduk lesu. Beberapa saat belum ada kata terucap. Dibilang syok, sudah pasti, situasi kacau yang baru saja terjadi, pastinya makin kepikiran setelahnya.
"Abang malu dengan semua yang telah Abang lakukan...."
"Malu kenapa?"
"Abang paling tua di antara kalian, harusnya tidak terlalu mengedepankan emosi. Lebih tenang menyikapi semuanya."
"Emosi adalah hal manusiawi. Abang tidak salah, sikap Mas Choky memang sudah sangat keterlaluan. Iwen harap, Abang ga salah paham dengan semua yang tadi terlihat."
Rayi tersenyum lembut, mengusap rambut gadisnya. "Kalaupun Abang hanya melihat, tidak mendengar apa yang kalian bicarakan, Abang akan tetap percaya sama kamu."
Iwen tersentuh oleh ucapan Rayi, kembali sanggup menatapnya.
"Ada satu kalimat yang sangat mengganggu pikiran Abang setelah keributan tadi; adakah cinta di hati kamu untuk Abang?"
"Udah, Bang, Iwen lelah dengan pertanyaan ini. Iwen sudah pilih Abang, berarti Iwen akan berusaha mencintai Abang."
Rayi mengangguk lemah. -Baru ingin mulai. "Abang pernah ada dalam situasi seperti ini. Menjalin hubungan, tapi wanita yang Abang cintai belum bisa melupakan mantannya. Itu sangat menyakitkan. Abang tau, ga adil buat kamu kalau memukul rata semuanya....
Cinta datang dan pergi tanpa permisi, selalu meninggalkan luka. Abang sudah melewati banyak kisah, sementara kamu, baru akan memulai. Kalau kamu membalikkan pertanyaan; apakah Abang cinta sama kamu? Dengan tegas dan yakin Abang bisa jawab, iya. Tapi, percuma bila cinta hanya sepihak...."
KAMU SEDANG MEMBACA
U&I (TAMAT)
FanfictionUgi dan Iwen anak panti asuhan dari Bandung, nekat merantau ke Ibukota untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi. Mereka dipertemukan dengan Choky dan Ijong, mahasiswa yang kebetulan memiliki hobi yang sama di bidang musik. Mereka lalu membentuk sebuah...