Iwen diam di bawah pohon samping trotoar, gak berani melangkah lebih jauh, takutnya nyasar ke mana-mana, makin jauh dari Ugi yang pastinya juga mencari keberadaannya. Memejamkan mata, berdoa dengan kesungguhan hati. Iwen yakin, kalau benar mereka saudara kembar, pasti memiliki ikatan batin yang kuat. Di mana pun ia berada, pasti Ugi akan punya firasat yang menuntun mendekat padanya.
Dan saat buka mata, dari seberang jalan Iwen melihat seorang gadis sedang kerepotan membawa banyak barang, menyapukan pandangan ke sekeliling. Iwen pun bangkit, wajah murungnya kembali cerah. Melambaikan tangannya.
"Gi!" teriaknya lantang.
Karena suasana berisik dengan knalpot kendaraan, dan segala kebisingan lain, teriakan Iwen tidak terdengar oleh Ugi. Iwen mencari celah di antara kendaraan yang berseliweran. Kesal karena Ugi belum juga melihatnya dan mendengar panggilannya. Gak ada yang bisa dilakukan selain menunggu lampu merah, karena terlalu berbahaya kalau menerobos kendaraan begitu saja.
Begitu lampu hijau berganti. Iwen lekas menyeberang. Ugi sudah ada di tikungan, Iwen berlari sekencengnya sebelum kehilangan jejak.
"Gi!" teriak Iwen.
Akhirnya Ugi mendengar panggilan Iwen, menoleh ke belakang. Betapa leganya hati Ugi dapat melihatnya kembali setelah lebih dari satu jam mencarinya.
Iwen peluk Ugi erat-erat sambil menangis haru, terlalu senang bisa menemukannya kembali.
"Gi, Iwen takut. Kirain ga bakal ketemu lagi."
"Aku juga panik, Wen, nyari kamu ke mana-mana."
Mereka kembali duduk di bawah pohon yang tadi tempat Iwen menunggu.
"Kamu bisa dapetin lagi tasnya, Wen?" Ugi semringah melihat tasnya ada di tangan Iwen.
Iwen tertunduk lesu, berat harus mengatakan kabar buruk yang dialami.
"Tasnya emang balik, Gi. Tapi, isinya semua hilang, kecuali KTP Ugi. Maafkan Iwen, Gi. Iwen udah berusaha."
Ugi ambil tasnya dari lahukan Iwen, mengecek isinya, dan ternyata memang sudah KOSONG! Barang-barang di dalamnya raib. Uang tunai tiga juta sisa beli hp dan pakaian, hilang berikut HP barunya.
Dadanya serasa tertonjok, hatinya pegal bukan main. Uang yang telah mereka kumpulkan selama lima tahun dari hasil kerja banting tulang kini lenyap.
Ingin nangis sekencang-kencangnya. Tapi tak ada guna. Yang hilang tidak mungkin kembali.
"Wen apa di tas kamu masih ada uang?"
Iwen buka tas tangannya. Ada dua lembar seratus ribu yang tadi dikasih Ugi untuk uang jajan. "Ada Gi, dua ratus ribu."
"Gimana ya...." Ugi menghela napas berat. "Uang segitu, masih cukup buat ongkos balik lagi ke Bandung."
"Gak mungkin, Gi. Gak mungkin kita balik lagi ke Bandung. Malu atuh, mau di taruh di mana muka kita di depan Emih. Bukannya kita sudah berjanji akan bekerja keras, dan akan kembali lagi setelah sukses," tentang Iwen.
KAMU SEDANG MEMBACA
U&I (TAMAT)
FanfictionUgi dan Iwen anak panti asuhan dari Bandung, nekat merantau ke Ibukota untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi. Mereka dipertemukan dengan Choky dan Ijong, mahasiswa yang kebetulan memiliki hobi yang sama di bidang musik. Mereka lalu membentuk sebuah...