Margaret membawa Ugi dan Iwen ke apartemen yang masih kosong, karena belum ada yang membeli atau menyewa, masih di gedung yang sama. Harapan Ijong, sang Mama mengizinkan pacarnya menempati apartemen itu. Bukan suatu hal yang mustahil karena memang gedung itu milik orangtua Ijong yang punya bisnis di bidang properti. Namun, bisa juga sekedar untuk bicara lebih private, tanpa pengawasan anak lelaki dan keponakannya, yang pastinya ga akan tinggal diam selama pacar mereka diinterogasi.
"Kalian jangan ikut masuk, Mamak mau bicara sama pacar kalian. Pembicaraan antara wanita, paham!" tegas Margaret menghentikan kedua cowok berperawakan tegap itu di depan pintu.
"Pacar Ijong jangan dimarahin ya, Ma!"
seru Ijong sebelum pintu benar-benar tertutup."Pacar Choky juga, Tan!" timpal Choky.
Ijong mengembuskan napas kasar. "Kenapa Mamak ga bialng dulu kalau mau datang. Jadi ribet gini kan." Ijong mengacak rambutnya frustrasi.
"Udah, percayakan semua sama Nyokap lo. Urusan wanita, biar wanita yang menyelesaikan. Percaya deh, mereka akan baik-baik saja. Ga mungkin ada yang mampu nolak aura malaikat cewek-cewek manis kesayangan kita."
"Gimana kalo Mamak ngelarang gue pacaran sama My Baby Bear Brigita, hancur sudah dunia persilatan, Chok."
Choky menggaetkan lengan ke pundak Ijong, menggiringnya kembali ke apartemen. "Gue aja percaya. Masa, lo ga percaya sama Mamak sendiri."
.
.Dua gadis belia itu tampak canggung berhadapan dengan Margaret, apalagi Ugi yang kelak akan jadi menantunya, 'seandainya' benar-benar berjodoh dengan Ijong.
"Ini Tante tadi beli kue. Kalian suka kue kan?" Margaret membuka sekotak macaroon, disuguhkannya di atas meja. Dari packaging-nya yang rapih dan cantik, sudah bisa dipastikan kalau kudapan manis itu dibeli bukan dari toko kue sembarangan.
Ugi dan Iwen tak menyangka sikap Margareth yang semula tegas bisa berubah seramah ini. Memang bisanya orang yang blak-blakan itu sebenarnya memiliki hati yang murni.
"Suka, Tante," jawab keduanya kompak, namun masih segan untuk mengambil yang disuguhkan.
"Ayo, dimakan!" tawar wanita yang masih tampak cantik meski di usianya yang sudah bisa dibilang tak lagi muda. Tampilannya elegan, layaknya pebisnis sukses. Bukan dari barang-barang mewah yang ia kenakan, tapi auranya yang membuatnya tampak berkelas.
"Iya, Tante, Terima kasih."
Ugi merasa aneh karena Iwen bisa mengambil kue di meja tanpa meraba-raba ataupun meminta bantuannya.
"Warna pastelnya soft banget, cantik ya, Gi," bisik Iwen yang gemas dengan warna-warni kue asal Perancis itu.
Ugi mengernyit, terpaku menatap heran sahabatnya. -Kok, Iwen tau, macaroon ini warna pastel, bukannya dia....
KAMU SEDANG MEMBACA
U&I (TAMAT)
FanfictionUgi dan Iwen anak panti asuhan dari Bandung, nekat merantau ke Ibukota untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi. Mereka dipertemukan dengan Choky dan Ijong, mahasiswa yang kebetulan memiliki hobi yang sama di bidang musik. Mereka lalu membentuk sebuah...