"Ayo kita samperin mereka, jangan diem aja, kalo ada yang celaka gimana?"Ugi makin panik karena mereka gagal menahan Rayi untuk tidak masuk ke studio. Sudah terbayang hal buruk apa yang akan terjadi.
Ijong mengacak rambutnya frustrasi. "Apa yang mesti aku lakuin, Gi? Choky, Bang Rayi, posisi mereka sama, sahabat kita. Dengan ngasih kesempatan Choky berdua sama Iwen, dengan nahan-nahan dia untuk masuk, itu sudah cukup buat Bang Rayi salah paham sama kita."
"Udah. Simpan dulu pemikiran ga enak sama ini-itu. Tugas kita sekarang, mencegah kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi!"
.
.Tarikan keras dari arah belakang, membuat tubuh pria berperawakan tinggi itu mundur selangkah dari gadis di hadapannya, berikut ciuman nekat tanpa rencana yang juga turut terlepas.
Bugh!
Begitu berbalik, sebuah bogem menghantam keras rahangnya, sampai tubuhnya oleng. Mata Choky dan Iwen sontak membeliak begitu tahu siapa sosok yang hadir di antara mereka. Wajahnya merah padam.
"Anj*ng, lo, Chok!" Dada Rayi naik turun karena amarah yang meledak. Pria mana yang tidak akan murka melihat pacarnya dicium pria lain, tepat di depan mata. "Dari tadi gue dengerin semuanya, gue ga pengen salah paham sama cewek gue. Dan ternyata emang bener, lo yang setan! Gue diemin, malah kelewatan!"
Rahang Choky serasa copot, panas, dan berdenyut, menandakan seberapa kuatnya pukulan Rayi. Ia usap darah yang meleleh di sudut bibirnya.
Rayi jambak lagi kerahnya, bersiap melayangkan kembali bogemnya, tapi Iwen sigap menengahi. Tangan Rayi yang sudah berayun pun terhenti, padahal sudah nafsu ingin melampiaskan amarahnya.
"Sudah, Bang, hentikan! Kalo keributan kalian Iwen penyebabnya, biar Iwen saja yang pergi. Kalian ini sahabat---"
"Nggak, Wen. Mulai saat ini si Choky bukan lagi temen gue! Tindakan lo barusan udah kayak ngelempar kot*ran ke muka gue!"
"Asal lo tau! Bukan gue yang ngerebut Iwen dari lo! Gue yang duluan kenal Iwen!" Choky ga kalah ngotot, mertahanin apa yang menurutnya benar.
"Terus, apa urusan kenal duluan atau belakangan? Dia sekarang cewek gue!"
"Cih. Percuma cewek lo! Mending sekarang lo lepasin Iwen, karena dia ga bahagia sama lo!"
"Chok, udah, Chok. Lo mabok?" Ijong berusaha nahan Choky yang makin ngotot.
"Gue sadar sesadar-sadarnya. Yang ga sadar itu dia!" Choky nunjuk muka Rayi.
"Tau apa lo, bahagia apa enggak! Sampai kapan pun gue ga bakal ngelepasin Iwen. Paham!"
Iwen hanya menangis, menyalahkan diri sendiri, karena jadi pemicu dua sahabat bersitegang.
Wajah dengan lebam di pipi itu menoleh padanya. Tatapan yang semula beringas karena amarah, kini tampak sendu berkaca-kaca. "Wen, seperti yang Mas pertanyakan tadi. Bila sampai saat ini masih belum bisa ngasih jawaban. Kamu boleh pilih uluran tangan siapa yang akan kamu sambut, Mas atau dia. Mas serahkan semua sama kamu...."
KAMU SEDANG MEMBACA
U&I (TAMAT)
FanfictionUgi dan Iwen anak panti asuhan dari Bandung, nekat merantau ke Ibukota untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi. Mereka dipertemukan dengan Choky dan Ijong, mahasiswa yang kebetulan memiliki hobi yang sama di bidang musik. Mereka lalu membentuk sebuah...