"Baru kali ini gue denger vocal sebening ini. Gue gak perlu repot-repot moles sana sini, benerin sana sini. Vocal mereka udah clear banget," komentar Bobby, sound engineer pemilik studio yang menangani jasa rekaman lagu.
"Usia kalian masih muda, tapi vocal kalian udah mateng banget. Gue gak percaya dengan bakat alam, tapi ini benar-benar nyata ada di mereka," dukung Rico, vocal director studio rekaman tersebut yang juga tak meragukan kemampuan vocal Ugi dan Iwen.
Choky, Ijong, dan Rayi hanya tersenyum bangga, sudah menemukan harta karun berharga seperti mereka. Gak ada lagi rasa takut untuk bersaing dengan Miguel dkk yang punya modal gede dan popularitas di kampus.
Iwen keluar dari ruang kedap suara setelah merekam suaranya untuk tiga lagu yang diluncurkan untuk berpromosi ke radio-radio di Jakarta dan sekitarnya.
"Kalian belajar vocal dan musik dari mana?" tanya Bobby tak bisa menyembunyikan raut kekagumannya.
Iwen dan Ugi duduk berdampingan. Di depannya ada Ijong, Choky, dan Rayi.
"Untuk vocal, kami belajar secara otodidak. Kalau untuk gitar, biasanya setiap hari minggu, suka ada kakak-kakak sukarelawan dari sanggar yang datang ke panti, ngajarin anak-anak berbagai keahlian, seperti bermain alat musik, menari, melukis, memasak, dan banyak lagi. Dan Iwen sama Ugi kebetulan punya hobi yang sama, tertarik bermain gitar sejak kecil," jelas Iwen.
"Jadi kalian dari kecil tinggal di panti asuhan?" Rayi tercengang, baru tahu fakta tentang dua gadis belia itu.
"Bukan dari kecil, Bang, tapi dari bayi," lanjut Ugi.
.
.Di pelataran parkir studio, Rayi berjalan cepat menyamakan langkahnya dengan Iwen. "Wen, kalo Bang Rayi mau ajak kamu jalan, kira-kira ada yang marah, ga?"
"Siapa yang marah, Bang?"
"Ya kali aja di Bandung kamu punya someone special?"
"Gak ada, kok. Yang penting Iwen minta izin dulu sama Teh Iren kalo mau pergi. Sekarang kan ada HP jadi gampang kalo mau minta izin, tinggal telpon. Memangnya, Bang Rayi mau ngajak Iwen ke mana?"
"Ya, jalan-jalan aja. Kamu kan baru di Jakarta, pastinya belum banyak tempat yang kamu datangi kan?"
Iwen menatap Rayi sejenak. Mencoba menyelami karakternya dari tutur dan tampilannya. Dari pengamatannya, Rayi pria yang sopan, Iwen meyakini kalau Rayi orang baik.
Dari belakang, Choky melangkah cepat menghampiri Iwen.
"Wen, mau pulang sekarang?"
"Iwen mau jalan sama gue," sambar Rayi.
"Gue tanyanya ke Iwen, biar dia yang jawab!" tegas Choky.
Rayi cuma menyunggingkan sudut bibirnya, lucu dengan kelakuan Choky yang lain di mulut, lain di hati. Ekspresi dongkolnya kentara banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
U&I (TAMAT)
FanfictionUgi dan Iwen anak panti asuhan dari Bandung, nekat merantau ke Ibukota untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi. Mereka dipertemukan dengan Choky dan Ijong, mahasiswa yang kebetulan memiliki hobi yang sama di bidang musik. Mereka lalu membentuk sebuah...