(2)

69 9 0
                                    

.
.
.
.
.
.

Gfriend - Sunrise

.
.
.
.
.
.

Happy reading💫



Daisy bangun lebih awal dari biasanya pagi itu. Ada semangat baru yang menggelayut dalam hatinya, sebuah energi yang terpupuk setelah rapat pagi OSIS yang berjalan lancar. Matahari baru saja menampakkan sinarnya di ufuk timur, menyemburatkan cahaya hangat yang menyapa wajah-wajah semangat di sekolah. Daisy merapikan seragamnya, memastikan kerahnya rapi dan tali sepatunya terikat sempurna. Rambutnya dikuncir tinggi, ketat dan rapi, seolah menggambarkan tekadnya untuk menjalani hari ini dengan penuh tanggung jawab.

Setelah rapat selesai, Daisy berniat menikmati waktu sebentar di kelas, mungkin menyandarkan kepala di atas meja dan beristirahat sejenak sebelum pelajaran dimulai. Namun, takdir sepertinya punya rencana lain. Saat Daisy hendak melangkah keluar dari ruang rapat, suara lembut namun tegas memanggil namanya.

"Daisy!" terdengar suara yang sangat dikenalnya, guru yang selalu sibuk dan ramah. Daisy berbalik, menemukan sosok yang berjalan mendekat dengan senyum khasnya.

"Iya, Bu. Ada apa?" jawab Daisy, sopan seperti biasa.

Guru itu tersenyum lebih lebar. "Saya ada keperluan mendadak, bisa minta tolong kamu jaga perpustakaan sebentar? Cuma sebentar kok."

"Tolong jaga perpustakaan?" tanya Daisy, sedikit terkejut namun tetap menunjukkan ketertarikannya.

"Ya, hanya sebentar saja. Saya harus pergi keluar untuk urusan penting. Nggak lama kok, paling cuma setengah jam."

Daisy mengangguk. Meskipun dia sebenarnya berharap bisa beristirahat sejenak, dia tidak bisa menolak permintaan seorang guru. "Baik, Bu. Saya jaga perpustakaan."

---

Perpustakaan sekolah itu terletak di salah satu bangunan tua di sisi kampus, dengan pintu kayu besar dan rak-rak buku yang menjulang tinggi, seolah-olah menyimpan ribuan petualangan dan pengetahuan yang siap diungkap. Daisy duduk di sebuah meja kayu besar di sudut perpustakaan, menghadap tumpukan buku yang baru dikembalikan. Jendela besar di sampingnya memancarkan cahaya matahari pagi yang lembut, memantulkan debu-debu kecil yang beterbangan di udara.

Sambil menyusun buku-buku yang sudah dikembalikan ke rak, Daisy merasa suasana perpustakaan begitu damai, hampir terlalu tenang. Seharusnya hari ini menjadi hari yang menyenangkan, karena ia bisa menghabiskan waktu sendirian di perpustakaan, membaca buku-buku yang mungkin belum pernah ia sentuh sebelumnya. Tapi, kesendirian itu tak berlangsung lama.

"Pagi, Daisy!" suara yang familiar membuyarkan konsentrasinya.

Daisy menoleh dan melihat gurunya kembali ke perpustakaan, kali ini membawa seorang siswa lain bersamanya. Dozello, anak sialan itu tampak di belakang. Dozello berjalan dengan santai, wajahnya menampakkan ketidaktertarikan yang biasa.

"Daisy, saya bawa Dozello biar temenin kamu. Saya masih harus pergi keluar sebentar," katanya sambil menepuk pundak Dozello, mencoba membuat suasana lebih hangat.

Daisy terkejut dan berusaha menolak dengan halus. "Ah, nggak usah Bu, saya bisa sendiri kok."

Namun, Dozello hanya tersenyum datar. "Nggak apa-apa, Daisy. Saya juga nggak keberatan nemenin."

𝕀 𝕃𝕆𝕍𝔼 𝕄𝕐 𝔼ℕ𝔼𝕄𝕐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang