.
.
.
.
.
.Aespa - Girls
.
.
.
.
.
.Happy reading💫
Di sebuah sekolah menengah yang ramai, suasana terasa penuh semangat. Para siswa berlarian dari satu kelas ke kelas lainnya, tawa dan suara gaduh menciptakan suasana yang hidup. Di tengah keramaian itu, Cassandra melangkah cepat, mencari sosok sahabatnya, Daisy.
“Oy, Dai! Lo tahu nggak? Di kelasnya Riza ada murid baru, ganteng banget, sumpah, ya Tuhan!” teriak Cassandra penuh semangat, wajahnya bersinar dengan antusiasme.
Daisy yang sedang melangkah ke arah kantin, hanya mengangkat bahunya dan menjawab acuh, “Apaan sih? Itu doang?”
“Ah, lu mah nggak asik!” Cassandra menyusul sahabatnya dengan langkah cepat, tidak ingin melewatkan kesempatan untuk berbagi berita terbaru.
Daisy menggelengkan kepala, tetapi hatinya merasa ringan melihat semangat sahabatnya. Sementara itu, dua teman mereka, Hilary dan Jivan, pergi ke kantor karena Hilary menemani Jivan untuk urusan dengan guru.
Di sisi lain, Dozello merasakan kebingungan dan kecanggungan yang menggelayuti hatinya setiap kali ia berhadapan dengan Yuki. Kejadian malam sebelumnya menimbulkan ketegangan yang tak terduga. Dozello, yang biasanya bisa bercanda dengan Yuki tanpa merasa canggung, kini berusaha menghindari gadis itu. Setiap kali ia melihat Yuki, hatinya berdebar dan pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan. Kenapa semuanya terasa begitu rumit?
Dozello mencoba menyusun strategi agar tidak berpapasan dengan Yuki. Namun, takdir sepertinya punya rencana lain. Hari ini, saat Dozello berusaha menghindar, Yuki muncul di depannya, tampak anggun dan penuh percaya diri, seperti macan yang mengintai mangsanya.
“Ck, lo napa sih?” kesal Yekti, melihat gelagat Dozello. “Lo kelihatan kayak orang bingung.”
“Udah, lo diem aja deh. Kita duduk di pojok aja ya biar nggak keliatan,” jawab Dozello, berusaha menenangkan diri.
“HEH! LO MAU NGAPAIN NGAJAK GW MOJOK?!” Yekti terkejut.
“Yek, lo gausah mikir yang aneh-aneh. Gw mau menghindari dari seseorang,” Dozello menjelaskan dengan nada serius. Yekti akhirnya menurut dan mengikuti Dozello ke tempat duduk yang sepi.
Di tengah perdebatan itu, langkah Dozello terhenti ketika ia mendengar suara. "Dai, nanti pulang bareng gw mau nggak?" tanya seorang cowok dengan wajah penasaran.
“Aduh, gimana ya? Ayah nyuruh Kak Ulva buat jemput gw,” jawab Daisy, tak bermaksud menolak ajakan.
“Sampe sekarang Kak Ulva masih iseng kayak dulu ya haha?" Dozello mengerutkan dahi, merasa sedikit cemburu.
“Iya ih, dia malah tambah nyebelin!” Tahfim, cowok itu, langsung mencubit pipi Daisy dengan geli.
Di pusat kantin yang riuh, Daisy dan Tahfim duduk bersama di meja tengah. Aura keceriaan memancar dari mereka, tawa dan suara percakapan menyatu menjadi melodi yang menggembirakan. Daisy dan Tahfim terlihat seperti dua sahabat yang telah lama terpisah, kini kembali menemukan satu sama lain. Kenangan masa kecil yang tak terlupakan muncul kembali, dipenuhi dengan tawa dan senyuman yang tulus.
Namun, di sisi lain kantin, Cassandra memperhatikan interaksi hangat antara Daisy dan Tahfim. Merasa tidak ingin mengganggu momen istimewa itu, ia memutuskan untuk beranjak dan menuju sudut tempat Jivan dan Hilary duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕀 𝕃𝕆𝕍𝔼 𝕄𝕐 𝔼ℕ𝔼𝕄𝕐
Teen Fiction[END] Terdapat bahasa kasar‼️ "Dalam cerita yang memperlihatkan dinamika antara benci dan cinta, kita menyaksikan transformasi dari kekakuan menjadi kelembutan, dari kegelapan menjadi cahaya. Peristiwa mendalam menjadi pemicu perubahan dramatis, men...