(4)

49 10 0
                                    

.
.
.
.
.
.

Le Sserafim - Eve, Psyche & The Bluebeard's Wife

.
.
.
.
.
.

Happy reading💫










Bel istirahat berbunyi. Suasana kelas langsung riuh, seolah semua siswa baru saja dibebaskan dari sebuah penjara kecil bernama pelajaran Matematika. Di antara suara-suara ramai itu, terdengar suara Daisy yang ceria, mengajak sahabatnya untuk segera menuju kantin.

"San, kantin yuk," ajak Daisy dengan nada ringan, menyelipkan buku ke dalam tasnya.

"Sure, let’s go," jawab Cassandra sambil tersenyum.

Keduanya berjalan santai keluar kelas, menyusuri koridor yang mulai dipadati siswa lain yang juga hendak menuju kantin. Hubungan mereka begitu hangat, dan obrolan kecil di sepanjang perjalanan menjadi rutinitas yang menyenangkan. Hari ini pun terasa tak berbeda—setidaknya pada awalnya.

Namun, ada yang lain hari itu. Dozello, dengan keusilannya, sudah menyiapkan kejutan kecil. Dozello menyelinap dari belakang dengan senyum jahilnya, siap mengganggu Daisy dengan lelucon khasnya.

Di meja kantin, Yekti duduk sendiri, ditemani bukunya yang tebal. Namun, kali ini ia terlihat kurang bersemangat. Matanya yang lelah menatap halaman-halaman buku yang tampak tak lagi menarik baginya. Jigar, yang baru saja menyelesaikan hukuman karena datang terlambat, bergabung dengan mereka setelah selesai dengan Bu Selina.

Ketika semua telah duduk, Dozello, seperti biasa, mencoba menjadi pusat perhatian dengan sikap jahilnya. "Pada mau pesen apa? Gw pesenin mumpung lagi baik nih," katanya dengan nada sok serius.

"Gw bakso sama es teh aja, Zel," jawab Daisy tanpa ragu.

"Oke, yang lain?" tanyanya sambil melirik ke arah Cassandra, Yekti, dan Jigar.

"Samain aja deh, biar nggak ribet," jawab mereka serempak.

Dozello pergi memesan makanan, dan tak lama kemudian ia kembali dengan pesanan di tangannya. "Makasih, Pak pelayan," Daisy bercanda sambil terkekeh.

Dozello tidak terima. "Pak pelayan? Muda dan ganteng kayak gw lo panggil Pak?"

"Dih, sok ganteng!" Daisy memutar bola matanya dengan malas.

"Emang ganteng, baru tau lo?" Dozello berlagak percaya diri.

"Lo tuh ya, dasar Dozello jamet," sindir Daisy lagi, kali ini membuat semua orang di meja tertawa terbahak-bahak.

"APA?!" Dozello langsung berteriak, namun belum sempat Daisy membalas, Cassandra dengan tenang menyela.

"Udah deh, gelut mulu. Lama-lama gw kawinin lo berdua," Cassandra menggeleng, setengah frustasi dengan drama yang tak pernah selesai antara Daisy dan Dozello.

Dozello memanfaatkan kesempatan itu, "Gw sih gapapa, gas kapan, Dai?" Dozello menggoda Daisy sambil mengedipkan satu matanya.

"APAAN SIH?! NGGAK SUDI GW SAMA LO!!" Daisy langsung berteriak, mencoba menutupi kegugupannya. Meskipun dia tahu, dalam hatinya, Dozello punya daya tarik yang sulit ia abaikan.

Cassandra menghela napas, "Ya ampun, nggak ada habisnya ya kalian."


Visual kantin sekolah :

Visual kantin sekolah :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝕀 𝕃𝕆𝕍𝔼 𝕄𝕐 𝔼ℕ𝔼𝕄𝕐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang