Happy Reading!
"APA YANG MAS BICARAKAN? ITU SEMUA BOHONG KAN?!"
"Tidak...aku benar-benar di PHK mil"
"Aku tak percaya ini! LALU BAGAIMANA NASIBKU SELANJUTNYA JIKA MAS DI PHK HAH?! Lebih baik aku memilih Mas Satya dari pada kamu!"
Gadis kecil berusia 4 tahun itu meringkuk takut di balik pintu kamarnya, mendengar teriakan kedua orang tuanya membuatnya takut. Apa yang sebenarnya terjadi? Tak mungkin jika mereka benar-benar bertengkar bukan?
Setelahnya hanya ada suara barang yang dilempar asal, suara gaduh tak terhindarkan. Juga teriakan sang ayah yang mencoba mencegah kepergian wanita itu.
Gadis kecil itu mencoba membuka pintu kala mendengar suara koper yang di geret juga suara pintu yang ditutup paksa.
Ia memberanikan diri menghampiri sang ayah yang kini menunduk dalam, menggapai lengan sang ayah dan dipeluknya hangat. Terasa getar tubuh ayahnya, ia mencoba mendongak menatap manik ayahnya yang terlihat merah. Apakah ayahnya menangis?
"Ayah, ibu pergi kemana?"
"Ibumu akan kembali secepatnya, ayah janji" ia berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak, dipeluknya tubuh kecil itu, gadis kecil yang rapuh "ayah minta maaf" gumamnya dalam hati.
3 tahun kemudian...
"Ayah, ibu kapan pulang?" Tanya gadis kecil itu yang kini menenteng tas ranselnya dipundak.
Sudah 3 tahun lamanya ia menunggu sang ibu yang tak pernah pulang, pertanyaan itu sering ia ucapkan setiap harinya, namun jawaban sang ayah lagi-lagi membuatnya kecewa.
"Ibu sedang sibuk, lain kali kita bertemu ibu oke?" Sang ayah menatap putrinya sembari tersenyum dan mengajak putrinya bertos ria, namun gadis itu hanya diam menunduk dan menendang-nendang apapun yang ada dihadapannya. Hal itu membuat hati sang ayah terasa tercubit saking sakitnya.
'Mila, kumohon pulanglah, putrimu merindukanmu'
2 bulan kemudian...
"Ayah! Hari ini adalah hari ibu sedunia! Ayok kita bertemu ibu! Aku menyiapkan bunga ini untuk ibu!" Gadis kecil dengan bunga kertas digenggamannya itu terlihat berbinar dan menatap berharap kearah sang ayah. Namun lagi-lagi jawaban sang ayah membuatnya kecewa.
"Ibu bilang, ibu tak akan pulang hari ini cantik, bermain di taman bersama ayah saja oke?"
Mata penuh binar gadis itu kian meredup, ia hanya ingin bertemu ibunya, hanya itu! Tapi mengapa sangat sulit?.
Dengan pandangan kecewa dan air mata yang meluncur bebas dari pelupuknya, gadis itu berlari meninggalkan ruang tamu tempat ayahnya duduk, ia sangat kecewa, sungguh. Bahkan ia telah menyiapkan hadiah untuk sang ibu lebih dari 3 hari, membuat bunga dari kertas itu memakan waktu yang lama, namun berakhir sia-sia.
Dengan perasaan kecewa, ia membuang bunga itu dan menginjaknya, erangan tangis itu meledak seketika, hatinya sungguh sakit kala mengingat bahwa teman-temannya selalu berangkat bersama ibunya, dibuatkan bekal oleh ibunya, dan merayakan hari ibu bersama.
Sangat sakit, sungguh...
2 tahun kemudian....
"Putri ayah, kemari sayang, lihat apa yang ayah bawa"
"Wuahhh kue? Ayah membelikan kue ulang tahun untukku? Wahh ayah ini kerennn"
Hari ini adalah hari ulang tahunnya, tepat pada tanggal 18 Februari 2016 gadis itu berumur 9 tahun, gadis itu telah tumbuh dewasa seiring berjalannya waktu.
Suasana hangat dipenuhi canda tawa kedua insan anak dan ayah itu seketika menghilang kala sang anak memulai bertanya kembali tentang ibunya.
"Apa ibu tak datang untuk merayakan ulang tahunku bersama?"
Hati ayahnya mencelos sakit, bagaimana cara ia menjawab pertanyaan putrinya? Ia tak sanggup bila mengatakan hal yang sebenarnya.
4 tahun kemudian...
Pada umur 13 tahun, gadis itu dan sang ayah pindah ke desa tempat neneknya tinggal, namun tak berselang lama, kakek dan nenek gadis itu meninggal dan menyisakan mereka di rumah sedikit kumuh itu, ayahnya kini menjadi buruh dan petani desa yang menjual jasa tenaga bagi para bos tani di desa itu.
Gadis itu lama kelamaan mulai tak menanyakan kembali tentang ibunya, hidup bersama sang yang menyayanginya sudah cukup untuknya.
2 tahun kemudian...
Tepat di umurnya yang ke 15, gadis itu mencoba mengambil beasiswa ke sekolah elit di Jakarta, sedikit susah dan harus menyelesaikan tugas tambahan agar nilainya terus meningkat dan mencapai tujuannya untuk bersekolah di Jakarta.
Perjuangannya tak sia-sia, kini gadis itu mendapatkan apa yang ia inginkan, beasiswa di SMA Biru Langit, SMA yang terkenal dengan julukan SMA elit se-Jakarta, banyak remaja-remaja terkenal dan anak konglomerat belajar disana, tak heran sekolah elit itu menjadi sekolah terfavorit disana.
Dengan wajah berbinar gadis itu melangkah terburu-buru menghampiri sang ayah, menyodorkan surat dan juga kertas pertanda ia lulus dari Sekolah Menengah Pertama.
"Ayah lihat! Aku berhasil!" Ujar gadis itu semangat dengan mata binarnya.
Sang ayah yang melihat itu berhambur memeluk putrinya, ia bahagia, akhirnya putrinya bisa mendapatkan beasiswa di sekolah yang putrinya inginkan.
"Selamat, putriku memang hebat!" Ujar ayahnya yang kini menatap haru wajah cantik putrinya.
"Tapi ayah, apa kita akan berpisah?" Mata binar gadis itu meredup seketika.
"Kita berpisah untuk kebaikanmu, berjanjilah pada ayah untuk menjadi wanita kuat dan mandiri!" Ucap tegas sang ayah membuat putri kecilnya mengangguk dan kembali memeluk ayahnya.
"Aku berjanji akan membanggakan ayah! Kita akan tinggal di rumah mewah dan bahagia bersama!" Gadis itu terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
"Tepati janjimu, Naya" gumam sang ayah.
__________
TBC...Halo readers! HillNotHell kembali dengan cerita baru!
Aku awalnya agak ragu buat pub yang ini karna mungkin konfliknya akan sedikit berat.
Tapi Author bakal tetap usahain buat up:)
For this story...mungkin bakal slow up karena aku masih prioritasin story pertamaku "Dark To Night"
Jadi, gimana menurut kalian?
Lanjut?
Or
No?
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Dan Lukanya
Teen FictionDitinggalkan oleh ibunya sedari kecil, Naya kira pertemuannya dengan Nathan si cowok dingin di SMA Biru Langit akan menjadi hal yang baik untuknya, namun perlahan semua ekspektasinya hancur begitu saja, ia kehilangan seseorang yang ia cintai untuk k...