Chap 9

43 51 14
                                    

Tapi sepertinya tuhan berkehendak lain, kini Nathan menghampiri Naya yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk.

"Mau berdiri disitu sampe kapan?" Suara berat Nathan menyapa indra pendengarannya, Nathan berbicara tepat berada di telinga kiri Naya, membuat Naya mematung seketika.

Kejadian itu menyita seluruh perhatian murid yang berada di kantin, termasuk Arabella dan teman berbandonya itu. Ia menatap tak senang kala melihat adegan yang terjadi tepat di depan matanya. Ara dan temannya berniat menghampiri geng Snackers setelah membeli sekaleng cola untuk Nathan, tapi kejadian barusan menghentikan langkahnya.

"
"Ikut gw" ujar Nathan yang kini menyuruh kedua gadis itu mengikutinya, awalnya Naya ingin menolak, namun kala melihat Rena yang sepertinya sudah lelah berdiri dengan perut lapar akhirnya ia setuju dan berjalan mengikuti Nathan dibelakangnya.

'Sialan!' Umpatnya dalam hati, Ara kembali meremat kaleng cola dan melemparnya asal, membuat cairan cola itu membasahi lantai kantin. Ia lalu berbalik dan melangkah kasar meninggalkan kantin, Ia sungguh sakit hati kala melihat orang yang ia cintai bersama perempuan lain.

Bukankah sudah hal wajar jika kau marah karena orang yang kau cintai bersama perempuan lain? Begitupun dengan Arabella Anindita, menjalin hubungan bertahun-tahun dengan Nathan dan berakhir hanya karena Nathan bosan membuatnya susah untuk melupakan sosok pemuda itu, ia berniat mengambil hati Nathan kembali, ia akan membuat Nathan bertekuk lutut dibawah kendalinya dan menyingkirkan siapapun yang berani mengambil Romeo-nya.

Apakah itu bisa dikatakan 'cinta'? Ntahlah, biarkan Arabella Anindita menjalani dengan caranya:)

Back to topic...

Kini Naya dan Rena mendudukkan diri si samping Leo dan berhadapan langsung dengan Nathan, sejujurnya Naya masih canggung dengan Nathan, apalagi saat mengingat kejadian di rooftop kemarin, rasanya Naya ingin menghilang saja saking malunya.

Nathan menatap Naya dengan pandangan bertanya, gadis itu terlihat gugup dan gelisah. Berbeda dengan Rena yang kini tengah berbincang dengan Ciko dan dua pemuda lainnya, gadis itu mudah akrab rupanya.

Pesanan mereka telah datang, 3 mangkuk bakso dan 4 porsi mie ayam, lalu 5 jus mangga dan 2 es teh. Awalnya Rena dan Naya saling pandang, mereka tak memesan apapun, tapi tiba-tiba saja disuguhkan dengan 2 mangkuk mie ayam dan 2 jus mangga. Melihat raut bingung keduanya, akhirnya Leo mulai angkat bicara.

"Buat kalian, di traktir Nathan"

Nathan? What the...? Sebenarnya apa waksud Nathan mentraktir dengan tiba-tiba seperti itu? Naya dan Rena tak habis pikir, tapi dari pada memikirkan sebuah keajaiban dari seorang Nathaniel Bramantio Edgard, mending mereka makan saja, cacing pita mereka sudah demo sejak tadi.

Akhirnya hari itu, mereka makan siang bersama di kantin sekolah.

Namun disisi lain, dua orang gadis tengah menggerutu dan kadang mengumpati kedua temannya yang ternyata sedang berada di meja geng Snackers, padahal mereka telah membuat janji untuk bertemu di kantin pada istirahat kedua

Stella dan Ana terus berdiri di tengah-tengah kerumunan kantin karena tak mendapatkan meja, tapi kedua temannya malah enak-enakan duduk di meja khusus. 'Bener-bener ye tuh dua kunyuk, ninggalin princess sembarangan!' Batinnya kesal.











Bel pulang telah berbunyi 15 menit yang lalu, namun kini gadis itu masih setia berdiri di balik pagar sekolah, menunggu seseorang yang katanya akan mengantarnya pulang.

"Udah 15 menit, tapi kak Nathan belum juga dateng" gumamnya pelan setelah melirik jam tangannya.

"Harusnya aku tolak aja tadi, tapi kalo nolak aku gak berani, mukanya serem banget ngalahin hulk" gadis itu terus bermonolog dengan kaki yang digerakkan gusar.

Semesta Dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang