"Eh Ra! Bukannya itu si Nathan ya?" Seru gadis yg memakai bando biru kepada gadis berambut sebahu disampingnya.
"Mana?" Sahut gadis itu yang kini celingukan mencari keberadaan Nathan.
"Itulohhh! Liat deh, Nathan duduk ma cewek!" Gadis berbando itu kini mengalihkan pandangan temannya ke arah yang dia tunjukkan. Tempat dimana Nathan dan Naya duduk.
Setelah melihat itu, gadis itu tak menjawab apapun, rahangnya mengeras dengan gigi yang digertakkan kasar. Dengan kasar ia meremas kaleng soda yang ia minum dan meletakkannya kasar pada meja kantin, lalu dengan cepat ia menghampiri Nathan di kursinya.
"Heh cewek udik! Apa-apaan lo duduk sama cowok gw!" Bentaknya dengan tangan mendorong Naya dari kursinya, Naya yang tak siap pun langsung terjatuh dengan tidak elitnya.
"Sshhh" ringisnya menahan sakit kala tangannya sedikit terantuk ujung meja yang lancip.
"Wesss santai mbaknya, dateng-dateng ngajak tawuran" seru Ciko ditempatnya, ia membantu Naya berdiri dari jatuhnya.
"Ngapain lo bantuin tuh curut hah?!" Bentaknya tak terima.
Ciko hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah manusia satu ini.
Nathan yang melihat itu hanya diam ditempatnya, sepertinya seru melihat drama orang-orang bodoh dihadapannya ini. Begitu pikirnya.
"Jadi ini Nath penyebabnya kamu mutusin aku? Cuman gara-gara cewek udik sok kegatelan ini? Iya!" Ujar gadis itu tepat didepan Nathan yang hanya diam tak bergeming, bahkan Nathan tak menunjukkan ekspresi apapun.
Nathan kemudian merangkul bahu Naya yang kini telah berdiri dari jatuhnya.
"Kalo iya kenapa?" Sahut Nathan enteng.
Naya yang mendengar jawaban dari lelaki yang merangkulnya ini terkejut seketika. Apa-apaan banget maen klaim orang sembarangan!
Naya terus mencoba melepaskan rangkulan Nathan, namun sepertinya lelaki itu terlalu erat merangkulnya hingga ia kesusahan melepaskannya. Naya hanya pasrah dan menatap ketiga temannya meminta pertolongan, namun sepertinya ketiga temannya juga tak bisa melakukan apa-apa, mereka hanya menatap Naya sendu.
"Tch! Cewek modelan begitu? Selera lo turun drastis ya Nath?" Sahut gadis berbando itu.
"Bukan urusan lo" jawab Nathan santai, dan kini Nathan membawa Naya keluar dari kantin, meninggalkan gadis itu dengan perasaan kesal bercampur marah.
"Awas aja lo!" Desis gadis itu, tangannya mengepal kuat dan menghempaskan pukulan ke udara "Aarghhh sialan!".
Ciko dan Leo kini memilih pergi meninggalkan mereka berdua, lebih baik mereka pergi ke kelas saja karena bel masuk telah berbunyi.
"Lepasin kak!" Naya terus meronta sepanjang perjalanan, jujur saja Naya bingung dengan keadaannya sekarang, ia harus menuntut penjelasan dari lelaki yang membawanya ini!.
Kini keduanya berhenti tepat di Rooftop sekolah, dan akhirnya Nathan melepaskan genggaman tangannya pada Naya.
Nathan berjalan kearah kursi yang menjadi tempat bagi anak-anak nakal membolos. Naya hanya mengikutinya dari belakang, ia benar-benar berniat meminta penjelasan.
"Kakak tadi apa-apaan sih! Kita baru kenal ya! Dan kakak sudah mengklaim aku sebagai-" ucapannya terhenti kala Nathan membalikkan badannya kearah Naya.
"Sebagai apa?" Tanya Nathan dengan ekspresi jahil. Tch! Ekspresi apa-apaan itu!
"Sebagai..." Naya bingung harus menjawab seperti apa sekarang, ia malu tapi ia juga kesal!
Nathan terlihat menaikkan satu halisnya juga memperlihatkan smirk kecil diwajahnya, hal itu membuat Naya menjadi gugup juga takut seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Dan Lukanya
Teen FictionDitinggalkan oleh ibunya sedari kecil, Naya kira pertemuannya dengan Nathan si cowok dingin di SMA Biru Langit akan menjadi hal yang baik untuknya, namun perlahan semua ekspektasinya hancur begitu saja, ia kehilangan seseorang yang ia cintai untuk k...