"Ron, apa ayah udah dapet pendonor darah?" Tanya Naya pada Roni yang sejak tadi diam memandang punggung Naya dari belakang.
"Belum, stok golongan darah B disini udah abis" ucap Roni tak tega.
"Kalo gitu aku bakal donorin darah aku buat ayah, golongan darahku B" cepat-cepat Naya keluar ruangan dan menghampiri suster yang membawa troli infus ke ruangan ayahnya, ia mencegat suster itu dan berkata akan mendonorkan darahnya.
Roni sebenarnya ingin mencegahnya, namun gadis itu tipikal orang yang keras kepala, melihat wajah pucat itu Roni menjadi khawatir dengan keadaan Naya.
"Semoga Naya baik-baik aja" gumamnya pelan.
Kini Naya tengah berada di ruang pengambilan darah, namun sebelum itu Naya harus diperiksa terlebih dulu, apakah darahnya cocok dengan sang ayah atau tidak.
"Silahkan duduk" ucap dokter bernametag Rian itu.
Naya mengangguk dan segera duduk didepan sang dokter. Dr.Rian mulai memeriksa golongan darah Naya.
"Kapan terakhir kamu memeriksa golongan darah?" Tanya dokter itu seraya mengelap ujung jari telunjuk Naya dengan tisu.
"S-saat pertama kali masuk SMP dok" jawab Naya gemetar.
Namun sayang sekali, hasil dari pemeriksaan itu menunjukkan bahwa golongan darah Naya adalah AB+ dan tidak cocok untuk di donorkan kepada sang ayah.
"Maaf, tapi sepertinya golongan darahmu tidak cocok dengan pasien Candra" ujar Dr.Rian seraya memperlihatkan hasil tes darah milik Naya.
Naya menggeleng, ia betul ingat golongan darahnya adalah B, sama seperti ayahnya. Namun hasil ini menunjukkan bahwa golongan darahnya AB+.
"Kenapa bisa seperti ini? Saya ingat jelas golongan darahnya saya B, dok!" Ucap Naya setelah melihat hasil pemeriksaannya.
"Hal itu lumrah terjadi, apalagi kamu memeriksanya sudah lama sekali, bisa saja golongan darahmu berubah atau pemeriksaan itu yang mengalami kesalahan" jawan Dr.Rian santai
"Gak mungkin dok! Lalu bagaimana dengan ayah saya?!" Pekik Naya frustasi. Ia tahu ayahnya haris cepat-cepat mendapatkan pendonor darah, namun darahnya malah tidak cocok sekarang.
"Pihak rumah sakit akan mencarikan pendonor segera, mohon bersabar"
"Ayah saya harus segera mendapatkan pendonor! Bagaimana jika ayah saya kehabisan darah? Apa anda akan bertanggung jawab?!" Bentak Naya kalut, ia menangis terisak dengan tangan meremat keras celana bahan yang sedang ia pakai.
"A-ayah...maafin Naya hiks" gumamnya pelan.
"Kami akan segera menghubungi anda jika sudah mendapatkan pendonor, silahkan isi formulir ini" Dr.Rian menyerahkan satu lembar kertas formulir ke arah Naya.
Naya menggapai kertas itu dan menyeka air matanya, tanpa banyak bicara Naya langsung mengisi formulir itu dan mengembalikannya kembali pada Dr.Rian.
"Terima kasih, saya akan mengusahakan yang terbaik bagi pasien"
Setelah itu Naya melangkah keliar ruangan pemeriksaan dengan langkah lesu, air matanya tak henti mengalir, ia membuka knop pintu ruangan ayahnya. Disana ada Roni yang sedang terduduk di sofa yang tersedia disana. Roni menatap kedatangan Naya dengan pandangan khawatir.
"Nay, gimana?" Tanya Roni.
"Golongan darahku berubah, aku gak bisa donorin darah buat ayah" sahut Naya yang kini berjalan menghampiri brankar ayahnya.
"Ayah, maafin Naya" gumam Naya dengan tangan setia mengelus punggung tangan pria tua itu.
Roni menghampiri Naya dan mengelus pundak gadis itu menenangkan "om Candra pasti sembuh Nay, percaya sama gw"
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Dan Lukanya
Teen FictionDitinggalkan oleh ibunya sedari kecil, Naya kira pertemuannya dengan Nathan si cowok dingin di SMA Biru Langit akan menjadi hal yang baik untuknya, namun perlahan semua ekspektasinya hancur begitu saja, ia kehilangan seseorang yang ia cintai untuk k...