Chap 12

33 46 24
                                    

Happy Reading!







"Sepatu gw kotor gara-gara lo" ucap dingin pemuda itu.

Naya benar-benar gugup dan merasa bersalah sekarang, ia menunduk dengan tangan memeluk dirinya sendiri, hujan di luar semakin deras, angin menerpa kulitnya, wajahnya semakin pucat, rasanya lemas sekali sekarang. Ia akan pingsan.

Pemuda di depannya hanya diam dengan wajah bingung, ada apa dengan gadis ini? Mengapa seragamnya basah? Dan wajah itu tadi terlihat sangat pucat.

Tak lama kemudian tubuh Naya terhuyung dan ambruk tepat di hadapan pemuda itu, pemuda itu panik seketika dan dengan sigap membawa Naya ke Unit kesehatan sekolah (UKS), hujan memang terlihat semakin deras, pemuda itu kini menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis yang berada di gendongannya ini.

Untung saja saat itu pintu UKS belum di kunci, ia jadi gampang untuk membawa Naya masuk. Pemuda itu membaringkan Naya di atas brankar UKS dan mematikan pendingin ruangan.

Ia menutup tubuh basah gadis itu dengan selimut yang tersedia disana. Wajahnya semakin dibuat bingung saat mendapati luka gores pada lengan sebelah kirinya. Apa gadis itu terjatuh saat membersihkan toilet? Begitu pikirnya.

Tak ada yang berjaga di UKS saat ini, mereka hanya berdua, dan pemuda itu masih setia duduk di kursi pojok ruangan sambil sesekali melihat ke arah brankar hanya untuk memastikan apa gadis itu sudah siuman atau belum.

Akhirnya setelah hampir 30 menit pingsan, Naya terbangun dari pingsannya, ia sedikit bergerak tak nyaman dengan mata yang mengerjap menyesuaikan cahaya ruangan pada retina matanya.

"Sshhh..." Erangnya menahan pusing dengan kedua tangan memegang kepalanya.

Pemuda itu berdiri setelah mendengar erangan Naya dan menghampirinya dengan wajah datar.

"Lo gapapa?" Tanyanya singkat.

"Aku dimana?" Bukannya menjawab Naya malah balik bertanya.

"UKS" jawab pemuda itu.

Naya hanya mengangguk dan mengeratkan selimut yang dipakainya hingga menutupi seluruh tubuhnya, udara semakin dingin, hujan tak kunjung reda, Naya terlihat menggigil dengan wajah pucatnya. Terlihat miris.

"Maaf ya kak, nanti aku bersihin sepatunya, aku bener-bener gak sengaja" ucap Naya dengan bibir bergetar karena dingin.

"Sekarang udah jam 14.53 rumah lo dimana? Biar gw anterin pulang" pemuda itu mengambil jaketnya yang ia simpan di kursi pojok ruangan tempatnya duduk tadi dan membawanya ke arah brankar Naya.

"Pake ini terus kita pulang, sekolah udah sepi" pemuda itu melempar jaketnya ke arah Naya lalu mengambil kunci mobil di saku celana kasualnya.

"A-aku bisa pulang sendiri kok" sahut Naya  yang kini menggenggam jaket pemuda dihadapannya dan mengenbalikannya lagi "buat kakak aja, kakak pasti kedinginan"

Namun pemuda itu hanya menatap Naya dingin tanpa ekspresi "gw gak suka penolakan" ucapnya.

Naya diam, ia mulai mengikuti kemauan pemuda dihadapannya yang ia ketahui adalah anak dari pemilik sekolah tersebut, benar-benar pemuda dingin tanpa ekspresi, tapi dia sangat baik.

Naya tersenyum hangat dan mulai menuruni brankar dengan perlahan dan memakai jaket penberian pemuda itu pada tubuhnya, rasanya hangat dan wangi, wangi mint dengan sedikit rasa maskulin, sangat menenangkan, Naya suka wangi jaket pemuda ini, meski jaket itu terlihat kebesaran bagi tubuh mungilnya.

"Mobil gw ada di parkiran guru, lumayan jauh dari sini" ucap pemuda itu saat membuka pintu UKS.

"Jalan sendiri apa perlu gw bantu?" Tawarnya.

Semesta Dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang