4. Devastation!

59 6 2
                                    

Kehancuran!

     Fiat berjalan tak tentu arah, menembus angin malam di atas jembatan. Banyak kendaraan berlalu lalang, namun ia yakin tak ada yang melihat keberadaannya saat ini. Bukankah semua orang tak pernah menganggap keberadaannya?. Bahkan saat ini kedua orang tua Fiat pergi entah kemana.

Lengkap sudah penderitaan Fiat sekarang. Hidupnya juga sudah hancur akibat ulah teman sekelasnya itu. Ken, yang telah merenggut harga dirinya. Pria itu telah berani melecehkannya di tempat umum.

Fiat membuang tasnya ke sembarang arah, lalu berteriak.

"Arrrggghhhhhhh!!!!!!".

Berkali-kali ia mengeluarkan teriakan itu, hingga tenggorokannya terasa sakit. Kemudian sesuatu terlintas di pikirannya. Fiat tak ingin melanjutkan hidup. Ia takut Singto dan Krist akan marah, jika sampai mereka mendengar hal ini. Fiat menaiki pagar jembatan itu dengan perlahan. Saat akan mulai melompat, tiba-tiba tangannya tertarik ke belakang. Kini Fiat tengah berada di pelukan seseorang. Fiat menangis histeris di dada bidang itu, meskipun ia belum mengetahui siapa pemiliknya.

Saat mulai merasa tenang, akhirnya Fiat mengangkat pandangan ke arah pria di depannya itu.

"Om Mek.....".

Fiat kembali menghamburkan tubuhnya ke pelukan sang supir. Sejak kecil Fiat memang dekat dengan pria itu. Tak heran, jika Mek mengetahui segalanya tentang Fiat, kecuali kasus bullying di sekolahnya.

"Ada apa tuan muda... Kenapa kau ingin melakukan itu?".

Tak terasa air mata Mek juga ikut menetes. Bertahun-tahun bekerja untuk keluarga Singto, baru kali ini pria itu menangis untuk majikannya. Apa Fiat sangat frustasi, hingga nekat untuk melakukan bunuh diri seperti tadi?. Berbagai pertanyaan mulai bermunculan di pikirannya. Namun Fiat sepertinya tidak ingin membuka mulut, hingga akhirnya Mek mengajak remaja itu untuk masuk ke dalam mobil.

Selama perjalanan, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut keduanya. Hanya ada suara sesenggukan yang belum reda dari mulut Fiat. Setelah tiba di depan rumah, Fiat seakan enggan untuk masuk ke dalam.

"Ada apa, tuan?".

"Tolong jangan katakan apapun pada daddy dan papa soal tadi. Fiat takut mereka akan marah....".

Fiat memang terlihat khawatir sejak tadi. Terlihat dari raut wajahnya, dan kepala yang terus melihat ke bawah.

"Baiklah, om janji".

Setelah itu Fiat langsung turun, dan masuk ke dalam rumahnya.

Saat ini Fiat tengah membersihkan dirinya di dalam kamar mandi. Ia berdiri di depan cermin, dan melihat pantulan dirinya dari sana. Fiat mencoba menghapus kiss mark yang Ken tinggalkan di sana sambil menangis. Sangat menjijikkan rasanya bercak itu terus menempel dan tak ingin hilang dari tubuhnya.

Dua jam lamanya Fiat mengguyur diri di bawah shower, hingga akhirnya ia kelelahan dan langsung menyudahi acara mandinya. Fiat begitu frustasi, dan seakan telah kehilangan jati dirinya. Dimana Krist dan Singto saat Fiat sedang membutuhkan pelukan mereka saat ini?. Fiat merasa benar-benar di buang sekarang, seperti yang sudah di katakan oleh teman-temannya di sekolah.

Dua hari kemudian, Krist baru kembali dari Paris. Ia yang begitu merindukan sang buah hati, langsung berjalan menuju kamar Fiat. Di ketuknya beberapa kali pintu itu, namun masih tak ada jawaban. Krist berpikir mungkin remajanya sudah tertidur. Akhirnya Krist membatalkan niatnya, dan memilih untuk langsung pergi ke kamar saja.

Not Magic 2 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang