vii. five slices of cake

830 198 5
                                    

Serena menyesali semua keputusan yang membawanya berakhir pada situasi seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serena menyesali semua keputusan yang membawanya berakhir pada situasi seperti ini.

Keita sama sekali tidak berbohong saat dia mengatakan bahwa disukai April kasarnya bisa disebut privilege. Hanbin harus bersyukur bisa disukai oleh seorang April. Bahkan menilai dari rumahnya saja, ini sudah seperti istana kekaisaran yang memiliki ratusan dayang hanya untuk melayani putri satu-satunya mereka. Acara perayaan ulang tahun ayahnya yang ke-65 itu disusun melingkari kolam renang di halaman belakang.

"Kak Serena!"

Serena menoleh, tersenyum pada gadis dengan gaun merah cantik selutut yang barusan menyapanya. April. Jika dia datang tanpa sebuah informasi, mungkin Serena sungguh akan mengira ini adalah ulang tahun cewek itu, bukan ulang tahun ayahnya.

"Aku kira Kakak nggak dateng," katanya setelah pelukan singkat itu melonggar.

"Ha-ha, enggak kok." Serena tertawa dengan canggung, melirik Zhanghao disebelahnya yang hanya mengangkat kedua alis, beralih lagi kepada April. "Tadi kita nungguin Keita dulu, berangkat bareng sama dia."

"Oh ya? Mana kak Keita-nya?" April celingak-celinguk.

"Here!" Keita muncul dari arah belakang April, melambaikan tangan beserta senyuman kotak khasnya. "Gue lurus ke rumah Seowon bentar, ngasih flashdisk tugas."

"Loh? Kak Seowon gak ke sini berarti?"

"Enggak katanya," ujar Keita, "mau jagain adeknya."

"Ah bener juga, kakeknya kak Seowon lagi di rumah sakit katanya 'kan? Aku ada denger dari ayah."

Keita mengangguk mengiyakan, menyenggol Zhanghao entahlah maksudnya apa, berlalu memberikan kotak hadiah yang dia bawa di tangannya kepada April.

"Buat keluarga," ujarnya, "nggak seberapa tapinya."

April mengambil kotak hadiah itu dan mengerucutkan bibir. "Padahal kata aku kemaren-kemaren kan gak usah bawa hadiah."

"Dari nyokap, Pril, disuruh."

"Yaudah deh. Makasih banyak loh, Kak." April memutar tubuhnya, membawa kotak itu di pelukan. "Ayo masuk Kak, Kak Serena sama Kak Hao juga, yang lain udah di dalem."

Pantas saja Serena tidak ada melihat sosok yang dia kenali sejak tadi, padahal dia tahu April mengundang lebih dari kalangan orang-orang dewasa, teman-temannya ayahnya. Pasti ada yang seumuran mereka juga dan ternyata semuanya berkumpul di dalam rumah.

"Di sini penuh sama temen-temen ayah," lanjut April.

Ketiga orang itu akhirnya dibawa empunya rumah menuju wilayah paling depan rumah yaitu ruang tamu. Seluruh rumah sudah didekorasi, sepertinya memang niatnya akan menggunakan semua bagian rumah untuk acara. Ruang tamu diisi oleh banyak sekali wajah familiar, seperti tempat khusus teman-teman April berkumpul.

low. zhanghaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang