Banyak sekali perasaan asing yang tidak bisa dijelaskan beterbangan kala Serena mengangkat tangan kanannya untuk mengetuk pintu bertulisan ruang OSIS tersebut dua kali.
"Hwan?"
"Masuk aja." Meskipun samar, suara Seunghwan di dalam tetap dengan mudah bisa dikenali.
Membasahi bibir bawahnya cemas, Serena mendorong pintu tersebut dan secara perlahan membawa tubuhnya masuk. Hal pertama yang dia temukan adalah Seunghwan sedang merapikan tumpukan buku di atas meja, dia menyambut Serena dengan senyuman tipis.
"Duduk sini, Ser," suruhnya sambil menunjuk meja yang berada tepat di tengah ruangan. "Bentar ya, gue mau ngerapiin ini sebentar."
Serena menurut, dia duduk dan memperhatikan setiap pergerakan yang dilakukan oleh Seunghwan. Bagaimana dia membawa tumpukan buku tersebut ke dalam lemari, menata barang-barang di dalam, hingga menaruh kunci lemarinya kembali pada gantungan di belakang pintu.
"Oke. Udah."
Entah karena apa, mungkin kipas angin putar yang dinyalakan di nomor tertinggi, perasaan mencekam yang tadinya sempat hilang akhirnya malah kembali lagi. Ditambah dengan bagaimana Seunghwan menarik kursi untuk duduk di depannya. Serena merasa semakin tersudutkan.
Kepalanya terasa kosong.
Tuk!
"Gue nemu ini."
Serena harap dia masih bermimpi sekarang. Berhadapan langsung dengan Seunghwan yang baru saja mengeluarkan sebuah bungkus rokok putih dari sakunya itu tidak pernah masuk ke resolusinya untuk tahun ini.
Salah sekali dia berpikir bahwa menyimpan benda persegi panjang tersebut di dalam pouch make up pasti tidak akan pernah ketahuan. Dan salah sekali Serena berpikir bahwa Seunghwan tidak akan seserius ini menjadi seorang ketua kelas.
Seunghwan mengembuskan napas panjang sembari menyisir rambutnya dari dahi. Tangannya mengetuk meja dua kali, berkata, "Look, Ser, I hate to be that kind of person but I need you to explain this."
"Itu.. bukan punya gue," gumam Serena.
Mendengar itu tentu bikin Seunghwan mengerutkan dahi. "Okay, bukan punya lo, got it. Terus gimana ceritanya bisa sampai stop di dalem tas lo?"
Serena tidak tahu. Dia hanya menunduk, menatap tali sepatu kanannya yang terlepas sejak tadi, memikirkan ribuan hal yang bisa terjadi jika semua ini terbongkar dan sampai pada telinga Mamanya. Sial. Apa Mamanya akan membawa pisau untuk menusuknya, ya? Mungkin bersama yang berwarna merah, yang dipakai untuk memotong buah tadi pagi. Atau mungkin yang lebih besar dan kokoh, yang biasa Mamanya pakai untuk memotong tanaman di keb-
BRAK!
"Shit- sorry."
Terbukanya pintu ruang OSIS dengan tidak ramah, apalagi mengingat pintunya yang sudah berada di ujung kematian, membuat dua orang yang berada di dalam menoleh dengan terkejut. Lebih terkejut lagi saat menemukan siapa yang sedang berdiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
low. zhanghao
Fanfic(FINISH) "see the best, but from the lowest angles." zhanghao, serena, and their weird superiority problems