SEPULUH

41 5 1
                                    

Dimas mengangkat pistol ke arah Aether dengan tangan kiri sementara tangan kanan diangkat supaya para anggota menahan diri untuk tidak asal tembak, sekarang kelompok mereka sedang disudutkan oleh sekelompok gangster lain, kelompok Balin yang jaya, hampir runtuh karena kehilangan ketua yang dituduh melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Indonesia. Tentu saja, sekarang para kelompok lain berani, karena pemerintah Indonesia juga turun tangan menyerang Balin.

Dimas menyipitkan kedua mata dan berusaha mengingat identitas pria yang berdiri di hadapannya.

Anggota lain terkejut ketika mengenali Aether. "Bukankah dia anak presiden yang dikenal sebagai pangeran bermasalah?"

Dimas juga terkejut. "Kenapa?"

Aether tidak lagi tersenyum bodoh atau melakukan kegiatan bodoh lainnya, dia berjalan santai dan mendekati Dimas, tanpa takut meskipun pistol diarahkan ke dirinya. "Ya, saya anak Presiden."

Aether belum mau mengungkapkan identitas asli jiwa di dalam tubuhnya, tidak mungkin dia mengatakan kepada semua orang bahwa dirinya dirasuki oleh ketua mafia Balin yang sudah meninggal.

Dimas merasa ada sesuatu di dalam diri Aether. "Anda anak Presiden? Lalu kenapa? Apa untungnya anda di sini?"

Aether menatap dingin Dimas. "Permainan."

"Apa?" tanya Dimas yang tidak paham.

Dengan gerakan cepat, Aether berhasil merebut senjata di tangan Dimas dan mengarahkannya ke kepala. "Sangat tidak seru, menjalani kehidupan yang monoton. Kenapa saya tidak bisa mengambil grup Balin yang sudah dibuang oleh ketuanya?"

Anggota lain berteriak marah dan mengarahkan senjata ke Aether.

Para bodyguard Aether mengarahkan senjata ke para anggota Balin. tapi mereka tidak bisa menembak sembarangan setelah diberikan arahan oleh Aether.

"DIAM!" teriak Dimas.

Suasana di dalam gudang sontak menjadi hening ketika mendengar teriakan Dimas.

Dimas menatap marah Aether. "Jika anda ingin bermain seperti anak kecil, jangan mengambil kelompok kami. Kami bukan kelompok boneka yang bisa anda manfaatkan begitu saja! Jika anggota lain tahu, mereka pasti akan menolak."

"Dan di mana kelompok lain yang kamu bicarakan?" tanya Aether.

"Itu-" Dimas tidak bisa menjawab karena anggota inti lainnya berpencar setelah Aether dinyatakan meninggal.

"Tidak bisa menjawab?" tanya Aether. "Saya akan mengambil kelompok ini, bukankah kalian kesulitan dengan uang?"

"Meskipun kami kesulitan uang, kami tidak bisa dibeli oleh kalian!"

"Anak-anak orang kaya yang hanya ingin menunjukkan kekuasaan!"

"Kami sudah mendengar, kalian hanya akan membunuh anggota yang tidak berguna!"

Di kelompok Balin, yang bisa dibunuh hanyalah anggota kelompok yang terbukti melakukan pengkhianatan. Berbeda dengan kelompok mafia lain yang dianggap tidak berguna bagi para petingginya.

"Jadi, menurut kalian- saya sama dengan para pengecut itu?" tanya Aether yang langsung duduk di sofa kesayangan Aether, dan hanya diisi buah-buahan. "Apa ini? Kalian sedang melakukan persembahan?" tanyanya sambil membuang buah-buahan yang sudah mulai membusuk. 

"KAMU-"

"Pergi dari sana!"

Aether tahu bahwa kelompok Balin tidak bisa sembarangan membunuhnya. Selain karena dikejar oleh pemerintah, mereka juga sedang melindungi masyarakat kalangan bawah. Terutama dirinya yang berstatus sebagai anak presiden, ternyata memang ada untungnya jika memiliki kekuasaan pivilege. "Kalian semua sebenarnya membutuhkan saya, untuk mengembalikan kejayaan yang telah hilang bersamaan dengan meninggalnya ketua kalian.

KEMBALINYA PANGERAN MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang