"Kita membahas masa lalu dulu ya- di keluarga Kailash memang ada tradisi salah satu generasi harus masuk ke dunia politik dan menjadi pejabat. Hal ini bukan dikarenakan kita buta akan kekuasaan, melainkan karena perjanjian nenek moyang yang harus dipegang secara teguh.
"Kami menjadi kaya raya atas izin leluhur di Indonesia, namun sayangnya di generasi saya- tidak ada yang bisa terjun di dunia politik karena memiliki idealis masing-masing, baik itu kerabat jauh maupun kerabat dekat. Saya- yang notabene harus menjadi pewaris, mulai disorot oleh keluarga, tentu saja saya tidak menginginkannya.
"Buat apa terjun ke dunia politik? Tidak ada gunanya sama sekali, melayani masyarakat yang tidak bisa diatur itu membuang waktu."
Aether yang menonton rekaman itu di ipad, tersenyum- Julia secara terang-terangan berani menyindir di depan publik. Biasanya para pejabat publik dan istrinya berusaha menjilat rakyat untuk mendapatkan suara. Yah, memang merupakan hal yang wajar untuk melakukan hal itu, namun akan semakin menyulitkan jika mereka ingin bertindak tegas. Pasalnya, para lawan politik sekarang berlindung di balik rakyat dan memiliki kekuatan yang membuat rakyat sebenarnya tidak bisa melakukan apa pun dan spontan hanya bisa menyalahkan betapa lemahnya orang yang mereka pilih.
Julia adalah istri sah dari presiden yang dicintai rakyat, bukankah hal itu akan menimbulkan kemarahan masyarakat Indonesia?
Aether benar-benar takjub dengan tindakan Julia dan kembali menyalakan rekaman itu.
"Bagaimana bisa anda berkata seperti itu? Saat ini saja masyarakat Indonesia sangat puas dengan prestasi Presiden."
Julia tersenyum. "Memang, Presiden selalu di hati rakyat Indonesia. Namun, bagi saya yang merupakan pengusaha, bukankah itu hal yang menyusahkan? Kita harus menundukkan kepala pada mereka yang telah berjasa memilih kita."
Secara tidak langsung, Julia mengkritik rakyat yang terlalu menilai tinggi Presiden, lalu ketika tidak sesuai harapan- maka yang ada adalah hinaan.
"Jadi, alasan anda tidak suka terjun ke dunia politik dan muncul di hadapan publik, karena tidak suka menundukkan kepala, meskipun hanya untuk mengucapkan terima kasih?" tanya pembawa acara yang langsung mengambil kesimpulan dengan cepat.
Julia tersenyum simpul. "Benar, saya tidak suka menundukkan kepala pada masyarakat yang tidak tahu diri."
Aether yang duduk santai di sofa kamar, bertanya ke Dimas. "Bagaimana reaksi orang-orang di media sosial?"
"Marah," jawab Dimas. "Mereka tidak terima dan mulai bandingkan antara Nyonya dengan pelakor itu."
"Tentu saja, mereka hanya suka melihat orang kaya merendah sampai menjilat kaki mereka," sahut Aether sambil tersenyum lebar. "Bukankah terdengar menyebalkan bagi mereka?"
Dimas menjadi bingung. "Apakah anda tidak marah dengan perbuatan Nyonya? Maksud saya- perkataan ini bisa membuat beliau dan anda menjadi tidak disukai masyarakat, bukankah anda ingin terjun ke dunia politik?"
"Aku hanya ingin terjun ke dunia politik dengan orang-orang yang mendunkung aku secara murni, bukan para penjilat bermuka dua." Potong Aether lalu kembali melihat Julia.
"Apakah anda tahu, kalau perkataan itu bisa membuat anda dan anak anda semakin dihina masyarakat?" tanya pembawa acara yang semakin tidak mengerti dengan tindakan Julia. "Anda tahu, bahwa tidak semua masyarakat paham tentang politik, namun mereka paham dan bisa membedakan antara yang bisa bekerja dan tidak."
"Rakyat tidak akan tahu kinerja sesungguhnya pejabat, jika tidak ada yang speak up. Dan itu pun akan muncul jika salah satu merasa dirugikan, sekarang yang saya tanyakan- apakah ada orang yang mau speak up secara langsung, hari itu juga? Tidak perlu menunggu beberapa bulan atau tahun kemudian?"
"Yah, memang sulit speak up langsung. Banyak yang mendapat teror."
"Yah, anda sendiri sudah menyadarinya, bukan? Sama dengan orang-orang di luar sana yang mengaku dirinya rakyat, masyarakat tapi hobbynya membully dan menekan orang lain, apakah kalian tahu bagaimana perasaan orang yang kalian hina itu?" tanya Julia.
"Apakah saat ini, anda membahas anak anda?"
"Ya, tentu saja. Aether hanyalah anak saya satu-satunya, siapa lagi?"
Ketika mendengar jawaban tegas Julia, entah kenapa Aether merasa bangga dengan Julia, rasanya menyenangkan sekali dibela seperti itu.
"Satu hal yang paling sederhana adalah satu thread dari orang tidak dikenal yang membahas tentang anak saya, padahal banyak yang tidak tahu kejadian sesungguhnya- tapi, semua bersikap seolah mengenal Aether dan menghakiminya, mengatakan dia macam-macam, lalu tidak lama menghina saya yang sudah berjuang bersama bapak.
"Yang membuat saya lebih sakit hati adalah tindakan para wakil rakyat atau wakil partai, yang mengatakan hal buruk tentang saya dan anak saya. Seolah selama ini saya tidak melakukan apa pun untuk partai ini. Padahal saya juga mengeluarkan uang banyak untuk mereka, jika mereka ingin meminta bukti- saya bisa menyerahkannya secara publik." Tantang Julia.
Aether tertawa.
Kerutan Dimas semakin dalam, dia tidak tahan lagi lalu bertanya kepada Aether. "Kenapa anda tertawa? Nyonya besar sudah menyerang publik terang-terangan, hal ini bisa merugikan citra anda, Tuan muda."
Aether menatap Dimas sambil tersenyum maklum, lalu kembali melihat rekaman itu.
"Sekarang saya tanya kepada masayarakat Indonesia yang secara terang-terangan membully anak saya di media sosial, apakah kalian melihat langsung tindakan anak saya hanya berdasarkan anak saya suka sekali dugem, berkencan bahkan menghabiskan uang banyak?" tanya Julia.
Dimas melihat komentar para netizen semalam.
'Jika Aether tidak berkelakuan buruk, tentu saja semua orang akan menilainya dengan baik.'
'Emak-emak zaman sekarang mintanya ingin dimengerti, padahal tidak mau mengerti. Harusnya dia perbaiki kelakuan anaknya yang buruk, dari pada mengatai orang lain.'
'Mentang-mentang orang kaya, terus harus dihargai begitu?'
Dan banyak lagi komentar pedas yang menyakitkan hati, dibaca oleh Dimas.
"Anak saya suka berkencan dan keluar malam, memakai uang siapa? Saya. Apakah dia memakai uang negara? Tidak!. Jika kalian merasa ada bukti bahwa anak saya menggunakan uang negara, tunjukkan kepada saya. Hal itu menandakan bahwa Presiden telah melakukan kesalahan." Julia menyerang suaminya. "Kenapa saya mengatakan itu? Karena Aether tidak bisa membedakan kartu kredit dan kartu debit, dia juga hanya mengambil sembarangan. Anak saya dianggap lebih bodoh dari saudara tirinya? Memang! Karena dia anak saya, saya yang melahirkannya, tidak ada yang boleh menghina atau memfitnah anak saya," tegasnya.
Pembawa acara mengangguk paham. "Semua Ibu pasti tidak suka ada yang menghina anaknya di mana pun."
"Ya, bahkan anehnya- kenapa ayahnya Aether tidak melakukan apa pun? Maksud saya, kenapa malah teman-temannya menyerang anak saya? Ini teman lho, satu partai." Julia tertawa ketika mengingat hal itu. "Apakah karena anak saya dianggap bodoh dan tidak berguna, sehingga kalian mewajarkan tindakan itu? Aneh bukan?"
Aether mengangguk setuju, lalu berkomentar. "Memang aneh, sangat aneh."
"Tapi saya diam saja, selama ini saya diam dan tidak melakukan apa pun. Karena saya menganggap, semua kesalahan Aether- harus dijadikan pelajaran untuknya, namun ternyata banyak yang salah paham dengan sikap diam saya sehingga dijadikan lelucon dan mulai menyerang Aether."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALINYA PANGERAN MAFIA
ActionAether tumbuh di kota belakang dan berhasil membangun kelompok mafia terkenal, suatu hari dia ditembak oleh orang tak dikenal dan mati. Tak disangka Tuhan memberikan kesempatan hidup sekali lagi dan menjadi anak Presiden yang tidak berguna, yang dis...