ENAM BELAS

25 5 0
                                    

Malamnya. Aether makan malam bersama keluarga besar, termasuk Ibunya. Julia. 

Kali ini Julia duduk di kursi keluarga sementara ayah kandung Aether duduk di sisi kiri, lalu Aether duduk di seberangnya. istri siri dan anak-anak selingkuhan tentu saja duduk di samping sang presiden. Berkat kebaikan hati Aether sebagai anak. 

Hal ini membuat para pelayan baru, mulai bersimpati terhadap Aether. Sementara pelayan lama yang dibawa kembali oleh kepala pelayan, menatap benci orang asing yang tidak ada hubungannya dengan Kailash. 

Alvin dan Aida tidak berani berkutik.

Aether menyesap minumnya dengan santai. 

Baron berdehem lalu bertanya ke Aether. "Besok jadwal kamu apa?"

"Menjemput tamu di bandara, bisa dibilang mereka memiliki hubungan baik dengan Ibu." Jawab Aether sambil mengangkat daging yang menancap di garpu dengan jijik. Apakah orang kaya selalu makan makanan yang menjijikan seperti ini setiap hari?

Julia yang memperhatikan putranya, bertanya dengan khawatir. "Ada apa sayang? Makanannya tidak cocok dengan kamu?"

Aether meletakkan daging di piring lalu memberikan piringnya ke pelayan muda. "Berikan ke Ester."

"Ester?" tanya Danti tidak paham.

Aether menoleh ke arah Danti. "Mulai hari ini aku pelihara seekor anjing dan dinamai Ester, anjing itu trauma dengan masa lalu jadi mohon bantuannya."

Danti menoleh ke suami sirinya. "Tidak! Tidak boleh ada anjing di rumah ini. Sayang, buang anjing itu! Tidak boleh ada hal kotor di rumah ini!"

Julia mengerutkan kening dengan tidak suka. "Rumah ini milikku, terserah apa yang dilakukan anakku. Kenapa malah kamu berusaha mengatur?"

Danti membalas perkataan Julia. "Tetap saja, bagaimana jika ada tamu yang datang ke rumah ini? Melihat seekor anjing yang najis dan haram- seharusnya kamu bisa mendidik anak dengan baik untuk tidak membawa anjing ke dalam rumah ini, apakah kamu tahu bahwa pelihara anjing bisa menurunkan pahala? Seharusnya anak kamu dididik agama dengan baik."

Aether membalas perkataan Danti. "Haram untuk dimakan dan najis untuk terkena air liur, semua masih bisa dibersihkan. Masalah membawa anjing ke dalam rumah, difungsikan untuk menjaga rumah dan sudah ada di dalam agama."

Alvin menjawab dengan tidak sabar. "Kakak, Ibuku hanya prihatin dan memberikan masukan. Apa salahnya diterima?"

Aether melirik sekilas Alvin lalu menoleh ke ayahnya. "Bagaimana jika Alvin menikah dengan wanita yang sudah dia hamili? Bukankah tunangannya akan mendapat malu?"

Alvin meletakkan sendok dan garpu di atas meja dengan kasar lalu membentak Aether. "KAKAK!"

Aether menatap Alvin dengan tatapan polos. "Aku hanya memberikan masukan, apa salahnya diterima?"

Aida menepuk punggung kakaknya sementara Alvin berusaha mengatur emosi.

Danti membela Alvin. "Jangan bicara sembarangan Aether, Alvin tidak pernah menyentuh wanita yang tidak setara, dia juga mencintai tunangannya. Dan dari pihak keluarga tunangan, juga percaya dengan kami, karena Alvin selalu menjaga nama baiknya."

"Begitukah? Berarti aku tidak bisa menjaga nama baik?" tanya Aether ke Danti. "Wah, terima kasih atas masukannya."

Danti menjadi salah tingkah. "Tidak, Aether. Aku hanya menjelaskan, tidak bermaksud menjelekkan siapa pun."

Baron mendengus keras. "Kamu merasa karena kamu tidak pernah menjaga nama baik."

"Yah, benar. Bukankah kata Ayah, aku hanya melepaskan masa muda supaya saat menikah tidak melakukan hal aneh? Sekarang kenapa jadinya aku yang disindir?"

Baron menatap lurus Aether. "Aether, jangan pernah mengembalikan perkataan orang tua. Di manapun, orang tua selalu benar."

"Oh, berarti semua tindakan aku benar dong. Bukankah kamu hanya menantu di keluarga ini? Karena kamu bukan orang tua aku, semenjak aku dicap sebagai anak tidak berguna."

Julia memegang erat tangan putranya. "Benar, Aether hanya anakku. Jika Ayah kandung kamu tidak mau mengakui, kamu masih punya Ibu."

"Kalau begitu, bisakah Ibu bercerai dengan Ayah? Jadi, aku bisa hidup bebas di rumah ini dan tidak ada yang berkomentar tentang Ester."

"AETHER!" bentak Baron.

Aether mengangkat kedua bahu dengan santai lalu bersandar di kursinya. "Jadi, tidak perlu mengurusi kehidupan aku, jika kalian sendiri tidak mau aku ikut campur. Masalah besok, aku akan bertemu dengan tamu penting, ada apa Ayah? Apakah Ayah ingin aku melakukan sesuatu?"

"Melihat kesibukan kamu besok, sepertinya yang cocok pergi adalah Alvin. Aku juga tidak mau mengganggu jadwal kamu."

Aether tersenyum sinis, lalu bertanya ke Alvin. "Kakak kamu sedang bertanya, kemana kamu pergi besok?"

Alvin menjawab dengan sinis. "Kakak tidak perlu tahu, yang pasti aku bisa menangani semuanya dengan baik."

Aether mengangguk setuju lalu tersenyum ketika piring sudah diganti dengan sup ikan kesukaannya. Masyarakat kota belakang jarang makan daging sapi atau pun kambing, meskipun mereka ada yang bertenak kedua hewan itu, namun daripada dimakan sendiri lebih baik dijual dengan harga mahal untuk membuat anak-anak mereka mengadu nasib ke luar pulau. Kebanyakan penduduknya makan ayam atau ikan, yang jauh lebih murah.

Aether suka makan ayam, namun untuk menjaga berat badan di masa lalu- dia lebih suka mengganti lauk dengan ikan. "Terima kasih," ucapnya dengan berseri ke Dimas yang baru saja meletakkan mangkok.

Dimas mengerutkan kening namun tidak berkomentar.

Aida menatap aneh piring Aether. "Hanya makan ikan? Bukankah kakak suka makan daging?"

"Terlalu banyak makan daging, tidak baik untuk kesehatan dan kecantikan. Aida, kamu juga harus menjaga berat badan dengan baik." Saran Aether.

Aida menggeleng dengan percaya diri. "Aku mudah kurus, dan tidak mudah gemuk. Semua makanan bisa aku habiskan sesuka hati."

"Oh." Aether menjawab dengan santai. "Karena Alvin sudah bersikeras tidak mau menjawab dan aku tidak bisa ikut campur- bisakah Ayah mengembalikan mobil rolls royce yang dipinjam?"

"Apa?" tanya Baron yang hampir menjatuhkan dagingnya dari piring. "Mau kamu buat apa?"

"Oh, mau aku pakai untuk menjemput tamu sekalian membawa Ester. Kebetulan tamu ini memiliki seekor anjing dan Ester cocok menemaninya."

Danti terbelalak dan menyentuh dada dengan kedua tangan. "Kamu akan memasukan anjing ke dalam mobil mewah? Apakah kamu gila?"

Aether menoleh ke Danti. "Karena aku gila, lebih baik kembalikan mobil itu. Aku bisa berbuat lebih gila lagi jika kalian tidak mengembalikannya."

Aida menjawab untuk mewakili kakaknya. "Kakak, kak Alvin akan memakai mobil itu untuk menyambut tamu yang disuruh Ayah."

Aether mengaduk sop dengan santai. "Kalau begitu, gunakan saja mobil lain atau sewa. Aku membutuhkan mobil itu untuk besok."

Alvin tidak bisa berkata-kata. "Kakak, aku sudah memesan mobil itu terlebih dahulu ke Ayah. Kenapa kakak sangat egois?"

Aether bertanya ke Baron. "Apakah Ayah yang membeli mobil itu?"

Baron tidak bisa menjawab.

Julia menjawab dengan santai. "Ibu yang membeli mobil itu, untuk kamu. Ternyata lebih sering digunakan untuk orang lain, aku akan segera menegur para sopir di rumah ini."

Danti tanpa sadar menggenggam erat pisau dan garpu di tangannya. 













KEMBALINYA PANGERAN MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang