Liam sedang mengarahkan jalan kepada Rayan yang sedang menyetir dengan nada ketus, apalagi jika Rayan salah arah---tentu saja Liam akan marah seperti biasanya. Seperti contohnya saat ini. "Aku bilang belok kanan lah! Apa kau tak tahu mana kanan? Kau makan pakai tangan kiri selama ini?" cibir Liam. Ya, dia memang sangat sensitif, hobinya adalah marah-marah. Orang-orang di sekitarnya sudah tak heran dan tak akan mengambil hati.
Rayan hanya menghela nafas berusaha sabar. Ia juga lelah menyetir sebenarnya. "Salah sedikit saja, aku belok lagi," balas Rayan yang santai.
Liam lantas segera menoleh ke belakang. Terlihat ada dua orang manusia yang sedang makan sambil ketawa-ketawa, mereka seolah-olah tak memikirkan bagaimana jika kita semuanya tersesat. Ternyata rumahnya Ayra sangatlah jauh. Butuh waktu 10 jam untuk sampai sana, jika di kira-kira kan mungkin akan sampai 12 jam, jika Rayan terus salah belok.
"Kalian ini makan terus!" komentar Liam kepada Luna dan Junior yang sedang menghabiskan ciki-cikian untuk bekal selama perjalanan. Belum lagi tawa mereka yang nyaring, entah membicarakan apa, sepertinya membicarakan soal Liam yang ngamuk-ngamuk kepada Rayan.
"Orang lapar," sinis Luna. "Takut makanannya kehabisan, ya?" ledek Luna.
"Tenang masih banyak stok, nya," balas Junior dan kini malah cekikikan lagi dengan Luna.
Liam masih menatap mereka berdua sinis. Rayan menggeleng-gelengkan kepalanya heran. "Biarkan saja mereka," ujarnya dengan penuh kelembutan.
"Tidak-tidak!" Liam menolak membiarkan mereka santai. Ia pun langsung merebut makanan yang sedang dimakan Luna dan Junior. Membuat keduanya menggerutu kesal.
"Eh apa-apaan--"
"Diam!" sinis Liam. "Lihat perjalanan, dan ingat-ingat!" titahnya.
Luna dan Junior saling lirik. "Untuk apa?" kata mereka berbisik.
Kini Liam dengan tenang kembali menghadap ke depan. Mengarahkan jalan lagi kepada Rayan yang dia lihat di google maps. "Lurus terus..."
Keadaan sekarang benar-benar hening. Liam merasa sangat bahagia tak mendengar cekikikan mereka, ia setidaknya hidupnya jadi damai sebentar. Ia pun menoleh ke belakang. Ternyata Luna dan Junior sudah tertidur pulas dengan posisi; Junior bersandar di pintu, sedangkan Luna menyandarkan kepalanya di pundak Junior dengan tangannya yang memeluk tubuh pria itu.
"Apakah mereka akan terus seperti itu? Kekanak-kanakan? Mereka selalu santai kalau ada kita, seolah-olah semua beban di tanggung oleh kita. Bagaimana jika mereka hidup tanpa kita? Seharusnya mereka ikut cari jalan--"
"Mencari jalan bagaimana? Kan sudah ada di maps, kita ikuti saja," sela Rayan berkali lipat heran.
Liam hanya menghela nafas berat. "Ya setidaknya mereka belajar, agar tidak mengandalkan kita terus."
Tak lama Rayan menghentikan mobilnya karena merasa sudah sampai. Ia bertanya pada seseorang yang sedang berjalan disana. "Permisi, pak boleh bertanya? Dimana rumahnya Gara Alvaro?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY HERE [Lengkap]
Aktuelle Literatur[SANA seri 5] Naira dan Jonas menghilang seminggu yang lalu. Anak-anak dan keponakannya khawatir dan berpikir bahwa mereka berdua diculik. Jadi, Rayan mempunyai ide untuk membuat tim pencarian mereka. Namun mereka membutuhkan seseorang dalam tim mer...