25: Impian Sejak Kecil

33 9 166
                                    

14 tahun yang lalu...

"Kita harus buat surat untuk beberapa tahun ke depan," ujar Rayan menyuruh mereka semuanya untuk menuliskan keinginan mereka di masa depan.

"...jadi nanti, setelah beberapa tahun kemudian, kita akan kesini lagi dan membaca surat-surat yang kita tulis!" tambahnya.

Mereka semua pun menulis dengan kegembiraan tentang masa depan.

Contohnya Junior, ia menulis: (Aku ingin jadi pemain game terkenal!"

Agra menulis: (Aku ingin menjadi seorang pahlawan seperti di film-film)

Luna menulis: (Aku ingin menikah dengan Agra...)

Rayan menulis: (Menikah dengan Ayra)

Ayra menulis: (Jadi peramal terhormat)

...dan Liam menulis: (Selalu bersama dengan orangtuaku dan Luna)

Setelah menulisnya, mereka pun menyimpannya dengan tertutup di rumah pohon.

"Beberapa tahun lagi kita akan kesini," kata Rayan.

[Alara Secret: Obsesi Penculikan part 38]

14 tahun yang pun berlalu begitu cepat––kini, anak-anak yang menuliskan kertas harapan pun kembali lagi ke tempat ini setelah sekian lama. Untuk memastikan mimpi siapa yang terkabul.

Agra naik ke atas dan mengambil toples isi kertas tersebut lalu turun lagi kebawah. Liam dan Rayan juga sudah menggelar tikar agar semuanya terduduk melingkar disana.

Setelah semuanya selesai dan terduduk melingkar––Agra memberikan satu persatu kertasnya, disana juga sudah tertulis milik siapa. Tapi jangan bilang-bilang, jika Agra pernah sesekali membuka kertas harapan itu karena penasaran dengan harapan orang lain.

Junior dengan antusias membuka kertasnya. "Aku ingin menjadi pemain game terkenal, haha! Itu tidak kejadian, aku tidak terkenal hehe..."

"Payah berarti," komentar Luna.

"Coba yang kau buka, payah juga pasti," tebak Junior.

Luna membukanya dan membacanya dengan suara yang keras karena lupa dengan harapannya dulu itu apa. "Aku ingin menikah dengan Agra... Eh!" Luna langsung melotot ketika menyadari apa yang baru saja dia ungkapkan.

Semuanya terpelonggo, Agra sendiri menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal, sedangkan Luna cengengesan. "Ini kan waktu masih kecil, berbeda lah dengan sekarang. Ini hanya impian anak-anak labil, ya biasa kan? Sekarang tentu saja tidak," jelas Luna kikuk sambil menahan malunya.

Rayan disana menahan tawanya––mendapatkan respon tersebut, Luna segera berkata, "Sekarang kak Rayan buka! Dan katakan dengan jelas!"

"Oke..." Rayan terlihat berani dan membuka kertasnya. "Menikah dengan---" Rayan tak melanjutkan perkataannya karena menyadari apa yang dia tulis dulu.

"Siapa-siapa-siapa?" tanya mereka dengan antusias.

Rayan tampak tak berkata-kata. Junior lantas mengambilnya dan berkata, "Harapan kak Rayan sejak kecil adalah menikah dengan kak Ayra!"

Semuanya langsung menahan tawanya, sedangkan Rayan dan Ayra tampak seperti orang bodoh yang menatap kesana kemari dengan menggigit bibirnya sendiri.

"Kalau bukan jodohnya, ya bisa apa?" timpal Rayan kikuk. "Agra, ayo buka milikmu..."

Agra menghela nafas berat. "Impian konyol..."

"Ayo sebutkan!" titah mereka semuanya.

"Aku ingin menjadi seorang pahlawan seperti di film-film, aish...mimpi yang sangat konyol," ujar Agra seraya mengomentari harapannya sendiri dan geli sendiri.

STAY HERE [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang