04: Terpisah?

63 12 193
                                    

Sudah seharian mereka pergi menggunakan mobil milik Rayan, tetapi belum juga ada titik terang sampai di tujuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah seharian mereka pergi menggunakan mobil milik Rayan, tetapi belum juga ada titik terang sampai di tujuan. Mereka semuanya lelah, para pria bergiliran menyetir--selagi tak menyetir mereka mempunya kesibukan masing-masing. Contohnya Liam yang terus menerus membaca surat ibunya untuk ayahnya, padahal hanya satu lembar tapi di baca hingga beberapa jam seolah mencerna sesuatu, Luna sendiri juga sibuk membaca novel kisah orangtua-nya sampai tak berbicara dengan yang lain. Ayra dan Akira mengobrol, Rayan suka ikut-ikutan menyeletuk. Junior sibuk main game dan Agra, dia sibuk meneliti di laptopnya.

"Apa kita akan bermalam di mobil lagi?" tanya Junior memastikan.

"Tidak, sebaiknya kita ke penginapan terdekat," saran Rayan yang kasian melihat yang lain tampak kelelahan, walaupun mereka semuanya diam tapi ia tahu itu melelahkan, berdesak-desakan di mobil dengan keadaan gelap.

"Disini tinggal maju sedikit, ada penginapan," kata Agra yang memang sedang melihat maps.

Rayan pun segera melajukan lagi mobilnya, setelah sampai dirinya dan Liam segera turun untuk memesan kamar. Setelah beberapa menit mereka datang lagi. "Kamarnya tersisa satu, tapi cukup luas untuk kita semua," ujar Rayan dari pada tidur di mobil lagi.

Mau tak mau semua menurut dengan begitu lesuh. Para perempuan berjalan lebih dulu tanpa membawa apa-apa, sedangkan para pria justru membawa barang-barang mereka. Rayan dengan antusias segera mengambil barang milik Ayra. Liam dan Junior justru berebut milik Luna, yang satu mengaku kakaknya dan kewajibannya, yang satu mengaku sahabatnya yang memang biasanya dia yang melakukan ini, sedangkan Agra memilih mengambil barang milik Akira saja.

"Akhirnya bisa rebahan!" Luna membaringkan tubuhnya asal di ranjang. Ayra ikut-ikutan begitupun dengan Akira. Mereka bertiga tertidur di ranjang putih tanpa membuka sepatu masing-masing.

Tak lama para pria datang dengan membawa barang-barang mereka. Rayan menghela nafas kecewa karena ternyata Ayra sudah tidur lebih dulu padahal ia sebenarnya ingin cari perhatian dengan membawa barang-barangnya. "Percuma saja aku bawa ini semua," keluhnya.

Agra melirik Rayan lalu menggelengkan kepalanya terheran-heran. "Kalau menolong tulus tak perlu dilihat secara langsung bukan?"

"Niat mencari perhatian tetapi malah mendapat rasa malu," komentar Junior untuk kakaknya tercinta itu.

"Oh iya yah..." Rayan menggaruk-garuk kepalanya sendiri malu.

Liam dan Junior malah fokus ke kakinya Luna yang masih memakai sepatu, keduanya saling lirik lalu buru-buru pergi ke Luna untuk membukakan sepatu. "Biarkan aku yang melepaskannya!" kata Liam tak mau tahu.

"Tidak-tidak! Biasanya aku yang selalu ada untuk Luna!" ujar Junior tak mau kalah.

Liam memelas. "Izinkan aku melakukan tugas sebagai kakak?"

Junior menghembuskan nafas kecewa lalu pergi begitu saja. Lagipula Junior heran, tumben sekali Liam begitu perhatian pada adiknya. Selama ini Luna selalu dibiarkan begitu saja, dan hanya Junior yang ada untuk Luna.

STAY HERE [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang