Liam terbatuk-batuk setelah terjatuh kebawah dengan begitu cepat, untung saja kepalanya tidak terbentur apa-apa. Hanya saja beberapa luka gores terlihat jelas diwajahnya. Pandangannya langsung tertuju pada gadis yang tengah terbaring lemah di hadapannya. Dia Ayra, perempuan itu juga sama terbatuk-batuk dan seperti tak bisa bangkit dari posisinya.
"Ay... Kau tak kenapa-kenapa?" tanya Liam khawatir, ia membantu gadis itu untuk bangun dan terduduk. Wajahnya juga ada luka gores, seperti Liam.
"Apa ini neraka? Aku sudah di neraka? Bersamamu?" tanya Ayra panik.
Rasa khawatir Liam seketika berubah menjadi kesal. "Kita masih hidup! Untung saja aku menyelamatkan mu! Jika tidak, hari ini juga kau membunuh kami semuanya!" sentak Liam dengan tatapan tak sukanya.
Ayra semakin panik. "Mereka bagaimana? Kenapa hanya kita berdua?! Dimana mereka?!"
"Intinya saat itu terjadi mereka lari ke arah barat sedangkan aku menarik-mu hingga jatuh kesini. Untungnya disini jurang, coba jika kita tak kesini! Sudah jadi abu kita!" gerutu Liam tak santai.
Ayra terdiam. Ia mengaku ini salahnya, ia merasa bersalah. Seharusnya ia melihat-lihat jalan dengan benar, padahal sudah diingatkan dengan jelas tapi Ayra tetap ceroboh. Untung saja Liam berteriak hingga mereka semuanya lari.
"Maka-nya jalan pakai mata! Jangan cari perhatian Rayan terus!" ketus Liam sambil berupaya mencari jalan keluar dengan aman.
Ayra cemberut. "Aku tidak bermaksud seperti itu..." Gadis itu malah menangis sambil memeluk lututnya sendiri.
Liam menoleh dengan jengkel. "Kenapa pula menangis?"
"Aku hampir membunuh kalian, hiks..." isak Ayra semakin menjadi.
Liam sudah khawatir, marah, jengkel, sekarang justru geregetan ingin menggigit Ayra yang banyak tingkah menurutnya. Ia lebih memilih terjebak dengan Akira yang memang tak banyak drama hidupnya, hidupnya terlihat sebelas dua belas dengannya. Atau ia juga memilih untuk terjebak dengan adiknya saja. Walaupun dia super cerewet dan semaunya, tapi setidaknya mereka punya momen berdua untuk menceritakan isi hati mereka. Dengan Ayra rasanya seperti tidak ada gunanya.
"Ya sudahlah, kan tak jadi!" ketus Liam berusaha membuat gadis itu tenang. "Kita cari jalan keluar sekarang dan temui mereka..."
Liam terlihat langsung memanjat ke atas tanpa mempedulikan Ayra yang masih terduduk menangis. "Liam! Kau tega meninggalkan aku?"
"Ya cepat manjat!" sinis Liam.
"Tapi aku t-takut," lirih Ayra yang sudah berdiri.
Liam lagi-lagi menatap Ayra jengkel. "Oh astaga, kau benar-benar banyak drama! Coba lah!"
Ayra ketakutan tapi dicoba saja, ia dari pada di tinggalkan di hutan ini sendirian. Lebih baik dengan Liam, si monster sinis itu. Namun ketika menginjak tanahnya, tanah itu langsung berjatuhan. "Liam ini tidak akan berhasil, disini tak ada pegangan khusus dan yang kita injak hanya berjatuhan saja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY HERE [Lengkap]
General Fiction[SANA seri 5] Naira dan Jonas menghilang seminggu yang lalu. Anak-anak dan keponakannya khawatir dan berpikir bahwa mereka berdua diculik. Jadi, Rayan mempunyai ide untuk membuat tim pencarian mereka. Namun mereka membutuhkan seseorang dalam tim mer...