23 : Keluhan

30 11 125
                                    

"Akhirnya hari ini aku bebas dari siksaan Jordan bedebah itu!" gumam Farza merasa sangat lega––bayangkan saja, selama dua tahun dirinya satu ruangan dengan Jordan yang dendam penuh padanya karena sudah berkhianat––Jordan membullynya, terkadang juga menyiksa tubuhnya.

"Oh begitu ya?" celetuk dua orang perempuan dengan kompak seraya memberikan senyuman mautnya kepada Farza.

"Dasar pengkhianat kau!" Erica langsung memukul Farza bertubi-tubi, sedangkan Rubyna segera membawa kayu dan membantu Erica memukul-mukul Farza. "Pengkhianat! Penipu! Kita semua di penjara gara-gara kau!" ujar Rubyna tak terima.

"Ampun ampun ampun," lirih Farza menahan sakitnya. "Lagipula kejahatan pasti akan terbongkar juga pada akhirnya, kan? Ayolah jangan begini, maafkan aku..." tambahnya yang masih dipukuli itu.

"Sudah jangan pukul dia terus. Selama di penjara aku sudah sering memukulnya," celetuk Jordan yang baru saja keluar dari penjara.

Kedua gadis itu berbinar dan langsung berlari menghampiri Jordan dan memeluknya. "Aaa akhirnya..."

Farza hendak kabur dengan berjalan menunduk––Namun Erica berkata, "Awas ya! Aku masih dendam padamu!"

"Ya ya," balas Farza sebelum lari.

Ketika semuanya sudah menghening atas perginya Farza. Jordan pun segera memeluk istrinya dengan penuh kerinduan. "Aku selalu merindukan mu, sayangku..."

"Aku juga," balas Rubyna tak kalah dramatis.

Erica memperhatikan mereka kesal. "FARZA AKU IKUT KAU SAJA!"

---

Farza berjalan maju mundur untuk sampai ke rumahnya, padahal hanya tinggal beberapa langkah lagi. Tetapi rasanya berat sekali. Satu hal yang dia takuti saat masuk ke dalam rumah yaitu; amukan dan pukulan ibunya yang super galak itu.

Jujur saja, Farza lebih baik di amuk oleh Jordan, Rubyna atau Erica dari pada harus di amuk oleh ibunya sendiri.

Padahal mendengar cerita dulu; ibunya tipikal perempuan yang lembut dan ceria, tetapi setelah menikah dengan ayahnya––ibunya menjadi sangat galak.

Dengar-dengar faktor utama ibunya menjadi galak seperti itu karena ditinggal mantan kekasih tercinta.

"Apa besok saja ya? Datang kesininya?" gumam Farza sebelum memundurkan langsung.

Bruk!

Suara barang jatuh membuatnya segera menoleh ke belakang. "KAK FARZA!!" pekik Akira yang baru pulang belanja dari pasar––bersama ibunda tercinta.

Diya sendiri ternganga melihat anaknya lagi setelah bertahun-tahun tak ketemu.

Akira memilih memeluk kakaknya dengan penuh kebahagian. "Kau akhirnya bebas, kenapa tak ada telepon sama sekali jika kau bebas hari ini?" kata Akira dengan penuh semangat.

"Mau membuat kejutan," balas Farza.

Kali ini pandangan beralih pada ibunya yang sedang menatapnya dengan tatapan datar dan angkuh. Farza dengan ragu segera menghampiri ibunya. "Ibu a-aku..."

"Anak durhaka kau ya! Bertahun-tahun hilang tanpa kabar! Sekalinya ada kau malah di penjara! Sekarang pulang pun tak memberitahuku! Anak kurang ajar!" Diya memukul-mukul Farza dengan tangannya, sesekali menahan diri agar tidak menangis.

Farza sudah menangis lebih dahulu. "Ibu, maafkan aku... Maaf," lirihnya.

Diya juga tak bisa menahan tangisnya, ia langsung merentangkan tangannya agar Farza segera memeluknya. Dengan senang hati Farza memeluk ibunya dan kembali menangis. "Jika ada apa-apa pulang, ini rumahmu..."

STAY HERE [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang