27: Meresmikan Hubungan

48 10 187
                                    

Luna tengah asik bercerita, Agra mendengarnya sambil ketawa-ketawa karena cerita gadis itu menurutnya lucu. "Kau tahu sendirikan? Dirumahku, akulah anak perempuan satu-satunya. Terkadang aku dijadikan ratu, dan terkadang aku juga dijadikan pesuruh mereka. Karena aku anggota paling muda di antara mereka. Meskipun aku seumuran dengan Junior, hanya berbeda beberapa bulan saja."

"Kakak-kakak mu itu sangat penuh aturan ya?"

"Ya benar, aku dan Junior harus meminta izin mereka juga kalau kemana-mana. Soal seperti minum kemarin pun, sejujurnya dikeluarga kami. Paman Jonas dan bibi Naira itu ketat aturan, mereka melarang anak-anaknya pulang malam dan sebagainya. Apalagi kami kan dari desa, disana tidak aneh-aneh. Tidak ada club dan sebagainya. Jadi kami disana anak baik-baik. Pokoknya jam 6 malam, harus ada dirumah. Kalau lebih, paman Jonas akan menjemputnya."

"Oh pantas saja mereka terlihat terkejut ketika aku mabuk," timpal Agra.

"Ya seperti itu lah mereka. Bahkan aku jarang di dekati pria karena kau tahu sendiri kan? Aku di kelilingi tiga kakak laki-laki. Nyali mereka langsung menciut seketika!" kesal Luna karena sampai saat ini belum mempunyai pacar.

Agra sedikit memudarkan senyumannya ketika mengingat Junior.

"Padahal mereka hanya kakak-kakakku. Bukankah mereka pasti akan senang jika aku punya pacar?"

Agra garuk-garuk kepalanya dulu. "Mungkin kak Rayan akan senang jika kau memilih kekasih, tapi untuk Liam dan Junior sepertinya tidak."

"Kak Liam akan suka kok, ya meskipun akan sedikit waspada. Lalu Junior? Kenapa dia harus tidak suka? Dia justru marah saat kau menolakku, dia menginginkan aku punya kekasih---" Luna langsung membungkam mulutnya karena mengingat perkataannya.

Keduanya jadi canggung untuk beberapa saat, akan tetapi Agra menyeletuk, "Kau sungguh akan mendekatkan Junior dan teman mu?"

Luna mengangguk. "Tentu saja, kenapa tidak? Mereka cocok..."

"Baguslah..." gumam Agra.

Drttt

"Bibi Naira sudah meneleponku, dia pasti khawatir... Hallo bibi."

"..."

"Ya aku akan segera pulang."

Tut.

"Aku pulang dulu ya?" izin Luna seraya berdiri dan mengambil tas sampingnya.

Agra rasanya tidak rela jika Luna pulang sekarang. Ia ingin lebih lama lagi dekat dengannya, bahkan sangat lama. Seolah tak mau jauh semenit pun. "Aku antar..."

Luna mengangguk lalu naik ke dalam mobil Agra. Selama diperjalanan, hanya ada kehidupan. Keduanya hanya saling melirik sekilas lalu buru-buru mengalihkan pandanganya lagi. Namun tiba-tiba Luna menyeletuk, "Aku akan kencan dengan seseorang..."

Agra sejujurnya terkejut, tapi ia memasang ekspresi biasa saja. "Dengan siapa?"

"Kencan random dari aplikasi," jawab Luna jujur dan percaya diri.

"Jangan pergi," larang Agra.

"Why?"

"Kita kan tidak tahu dia orangnya seperti apa? Bagaimana jika dia jahat? Jaga diri itu harus..." balas Agra agak kikuk.

"Aku yakin dia baik, dia juga sedang membutuhkan pasangan... Lalu apa lagi?" timpal Luna santai dan tak takut sama sekali.

"Luna... Kau hanya butuh sahabat--"

"Aku punya sahabat, dan aku tidak punya kekasih. Aku butuh kekasih juga!" sela Luna geregetan.

"Ya, kencan buta juga bukan solusinya." Lagi-lagi Agra seolah melarangnya.

STAY HERE [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang