07. Bersama Lagi

36 10 163
                                    

Liam dan Ayra benar-benar berpisah setelah perdebatan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liam dan Ayra benar-benar berpisah setelah perdebatan itu. Hingga di pertengahan jalan, Liam merasa bersalah pada gadis itu karena telah meninggalkannya sendirian. Liam pun tanpa banyak berpikir segera berbalik untuk mencari Ayra.

Emosi membuatnya tak bisa mengendalikan apapun. Membuat Liam sering dibenci orang karena sifatnya. Ia bahkan tak punya teman. Orang yang setia dan mengertilah dirinya hanya paman Jonas, bibi Naira, kakek-neneknya, Rayan, Junior dan Luna. hanya mereka. Itulah makanya mereka selalu me-wajarkan sifat Liam.

"Ayra..." panggil Liam.

Ketika ia sampai di tempat perdebatan tadi, ia melihat Ayra tengah terduduk sendirian sambil memeluk lututnya sendiri. Kemungkinan gadis itu sedang menangis.

"Ay..." lirih Liam.

Ayra menoleh lalu kembali menutup wajahnya dengan memeluk kembali lututnya, membuat wajahnya tak terlihat. Liam yang benar-benar merasa bersalah, segera menghampiri gadis itu dan terduduk di sebelahnya.

"A-aku..." Rasanya berat sekali meminta maaf. Liam bukan tipikal orang yang mudah meminta maaf, jika ada Luna disini, sudah dipastikan Luna akan memaksanya untuk meminta maaf.

Ayra segera menatap Liam, terlihat dari matanya jika gadis itu habis menangis. "Liam, maafkan aku. Aku benar-benar lupa--"

"Aku yang seharusnya minta maaf padamu karena sudah meninggalkan mu," sela Liam buru-buru tanpa memandang Ayra.

Ayra tersenyum senang, lalu mengulurkan tangannya. "Jadi sepakat kita baik-kan?"

"Kita tak pernah baik sebelumnya, Ayra," jelas Liam.

Ayra tertawa. "Iya benar. Tapi setidaknya tidak saling mengejek atau meninggalkan."

Liam terpaksa menerima uluran tangannya. Namun dengan segera ia melepaskannya. "Ya sudah, kita segera cari istana konyol itu..."

"Ayo..." Ayra terlihat lebih semangat lagi. Mereka pun berjalan berdua dengan keheningan. Selama perjalanan itu, Liam merasa sangat aneh dengan perasaannya, seperti ada yang mengganjal di hatinya. Entahlah itu apa. Namun pikirannya tiba-tiba memikirkan Luna.

Ia segera menoleh pada Ayra. "Apakah kau bisa melihat keberadaan Luna Sekarang?"

"Sejujurnya tak semudah itu. Harus ada sesuatu yang pernah di pegang Luna. Agar aku bisa merasakan kehadirannya," ujar Ayra dan mereka menghentikan langkahnya.

Liam berpikir sejenak. "Oh iya, ponselnya Luna ada padaku. Dia pasti akan lebih sering memegang ini." Pria itu segera memberikan ponsel adiknya pada Ayra dengan gugup. Sejujurnya ia benci ramalan, tapi karena cemas dan tak bisa ditunda-tunda, Liam terpaksa melakukan ini.

Ayra mengambilnya lalu memejamkan matanya. "Aku mendengar suara teriakan, mereka... Sedang disekap!"

---

STAY HERE [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang