Happy Reading guys
°
°
°
°
°"Asia!"
Langkahku terhenti ketika mendengar seruan itu. Aku menoleh pada asal suara untuk melihat siapa orang itu. Kedua ujung bibirku tertarik kala netraku menangkap siapa dia. Dia adalah Arsa, sahabatku.
Sedari kecil aku dan Arsa adalah sepasang sahabat. Kami bersekolah di TK, SD, SMP, SMA, bahkan universitas yang sama, hanya beda fakultas. Namun kebanyakan orang menyangkal hubungan kami. Mereka bilang, "di jaman sekarang gak ada persahabatan antara cowok dan cewek pure tanpa adanya cinta."
Menurutku kalimat itu memang benar. Aku dan Arsa memang sama-sama saling mencintai. Tetapi cinta sebagai sahabat, tidak lebih dari itu. Lagi pula Arsa juga sudah menyimpan nama gadis lain di hatinya.
"Sia, lo datang 'kan hari ini?" tanya lelaki itu setelah berdiri di hadapanku dengan tangan yang tertumpu di atas lutut. Dadanya tampak naik turun dan hembusan napasnya pun terdengar kasar.
Bukannya langsung menjawab pertanyaan Arsa, justru aku malah balik bertanya. "Lo habis ngapain, sa? Kok keliatannya kayak capek gitu."
Arsa menegakkan tubuhnya seperti semula. Dia menatapku dengan tatapan tajamnya. "Gue dari tadi ngejar lo! Budeg banget dipanggil beberapa kali kagak nyaut."
"Aduh" aku merintih kecil saat dengan kurang ajarnya Arsa menyentil dahiku. Mataku menatap tak suka ke arahnya.
"Kebiasaan banget deh lo. Sakit tau!" tanganku terangkat untuk mengusap dahiku yang terasa sakit akibat sentilan maut yang diberikan oleh Arsa.
"Sakit emang?" tanyanya yang langsung aku angguki. "Mau gue obatin gak? Gratis nih" tanyanya lagi yang membuatku mengernyit heran.
"Apa?"
Arsa menyunggingkan senyumnya. Dia mengangkat jari telunjuknya dan menempatkannya di bibir. Aku yang melihat gelagat aneh dari Arsa pun langsung menaruh curiga pada cowok itu.
Dengan cepat aku mencubit tangan Arsa saat tau obat apa yang dimaksudnya. Arsa yang mendapat cubitan itu pun meringis sama seperti yang aku lakukan beberapa waktu lalu.
"Sia, lo gila? Cubitan lo mengalahkan gigitan semut amazon. Perih banget anjir." Kelakar cowok itu sembari mengusap bagian tangannya yang aku cubit.
Sementara aku yang mendengarnya memutar bola mata malas. Terlalu dramatis, itulah sikap Arsa Altezza yang paling menonjol.
"Sekarang jawab gue, nanti malam lo datang gak?" tanya lelaki itu. Kembali pada topik pembicaraan kita sebelumnya.
Aku sempat terdiam sebelum akhirnya membuka suara, "kayaknya gak dulu deh. Soalnya gue sibuk." Jawabku yang seratus persen adalah dusta.
Sebenarnya hari ini jadwalku tidak terlalu padat, aku juga tidak punya tugas untuk dikerjakan. Dan aku juga bisa saja datang ke reunian yang akan diadakan malam ini. Tetapi entah mengapa rasanya sangat enggan, seolah ada sesuatu yang mendorongku untuk tidak datang.
"Sok sibuk banget buk hakim." Arsa mencibir.
"Iya nih pak dokter, jadwal sidang hari ini padat banget. Jadi gak ada waktu buat seneng-seneng." Balasku sembari menggidikkan bahu acuh.
Sementara Arsa tersenyum mendengarnya. Aku tidak tahu alasan apa yang membuat Arsa menarik kedua ujung bibirnya selebar itu. Mungkin dia senang ketika aku memanggilnya dengan sebutan pak dokter.
Saat ini Arsa adalah mahasiswa kedokteran. Sedari dulu cowok itu sangat suka dengan pelajaran IPA, apalagi jika menyangkut anatomi manusia. Dia juga selalu mendapat nilai tertinggi di pelajaran biologi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO RADIPTA
RomanceAsia Naufa Akmala, seorang gadis berusia 20 tahun yang kini tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi hukum. Dia adalah anak bungsu dari Mahardika Wiratama, seorang panglima TNI angkatan darat, ibunya adalah seorang dokter spesialis bedah, Arumi...